Selasa, 17 Januari 2012 0 komentar

Kisah teladan perjalanan hidup


Ketika Derita Mengabadikan Cinta
Kini tibalah saatnya kita semua mendengar nasihat pernikahan untuk kedua mempelai
yang akan disampaikan oleh yang terhormat prof.Dr.Mamduh Hassan Al Gonzouri.
Beliau adalah ketua Ikatan Doktor Cairo dan direktor Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang
pakar saraf terkemuka di Timur Tengah, yang tidak lain adalah juga pensyarah bagi
kedua mempelai. Kepada Professor Mamduh dipersilakan”.
Suara pengerusi majlis walimatul urs’ itu bergema di seluruh ruangan majlis
pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi Sungai Nil, Cairo.
Seluruh hadirin menanti dengan penuh penasaran, apa kiranya yang akan
disampaikan pakar saraf kelulusan London itu. Hati mereka menanti-nanti, mungkin
akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesihatan saraf dari
professor yang murah dengan senyuman dan sering muncul di televisyen itu.
Sejurus kemudian, seorang lelaki separuh baya berambut putih melangkah
menuju pentas. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan
kewibawaan. Kepalanya yang sedikit botak meyakinkan bahawa ia memang ilmuwan
berjaya. Sorot matanya tajam dan kuat, mengisyaratkan peribadi yang tegas. Sebaik
sampai di pentas, kamera video dan lampu sorot terus menyunting ke arahnya. Sesaat
sebelum berbicara, seperti biasa, ia sentuh bingkai kacamatanya,lalu…
Bismillah. Alhamdulillah. Wash shalatu was salamu’ala Rasulillah. Amma ba’du.
Sebelumnya saya mohon maaf, saya tidak boleh memberikan nasihat lazimnya para
ulama, para mubaligh, atau para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini
perkenankan saya bercerita.
Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan khayalan belaka dan bukan
cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tidak ternilai harganya, yang
telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya, mempelai
berdua dan seluruh hadirin yang dimuliakan Allah boleh mengambil hikmah dan
pelajaran yang dikandungnya. Ambillah mutiaranya dan buanglah lumpurnya. Saya
berharap kisah nyata saya ini dapat melunakkan hati-hati yang keras, melukiskan
nuansa-nuansa cinta dan kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap
hati yang menangkapnya.
Hadirin yang terhormat,
Tiga puluh lima tahun yang lalu. Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah
keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayah saya seorang perwira berpangkat
tinggi, keturunan “Pasha” yang sangat terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah
terhormatnya, seorang lady dari keluarga bangsawan terkemuka di Ma’adi, ia
berpendidikan tinggi, pakar ekonomi lulusan Sorbonne yang memegang jawatan
penting dan sangat dihormati kalangan elit politik negeri ini. Saya anak sulung, adik
saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam suasana kebangsawanan dengan
aturan hidup tersendiri. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang
dan norma kebangsawanan. Keluarga besar kami hanya mengenal pergaulan
dengan kalangan bangsawan atau kalangan high class sepadan!
Entah mengapa, saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya
merasa terkongkong dan terbelenggu oleh golongan sosial yang didewa-dewakan
keluarga. Saya tidak merasakan hidup sebenar yang saya cari. Saya lebih merasa
hidup justeru saat bergaul dengan teman-teman dan kalangan bawahan yang
menghadapi kehidupan dengan penuh tentangan dan perjuangan. Hal ini ternyata
membuat keluarga saya gusar, mereka menganggap saya ceroboh dan tidak boleh
menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang-orang yang selalu
basah keringat dalam mencari pengalas perut dianggap memalukan keluarga.
Namun saya tidak ambil peduli.
Kerana ayah memperoleh warisan yang sangat besar dari datuk, dan ibu
mampu mengembangkannya berlipat kali ganda, maka kami hidup mewah dengan
selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa bercuti ke luar negeri, ke Paris, Rom,
Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika bercuti di dalam negeri, ke Alexandria
misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di
dalam Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.
Sebaik masuk fakulti kedoktoran, saya dibelikan kereta mewah. Berkali-kali saya
minta pada ayah untuk menggantikannya dengan kereta biasa sahaja, agar lebih
senang bergaul dengan teman-teman dan para pensyarah. Tapi beliau menolak
mentah-mentah.
“Justeru dengan kereta mewah itu kamu akan dihormati siapa sahaja”.Tegas
ayah. Terpaksa saya pakai kereta itu meskipun dalam hati saya membantah pendapat
materialistik ayah. Dan agar lebih selesa di hati, saya meletakkan kereta itu jauh dari
tempat kuliah.
Di kuliah saya jatuh cinta pada teman sekuliah. Seorang gadis yang penuh
pesona zahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan
akhlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya
tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan kecerdasannya
sangat menakjubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi, sama seperti saya.
Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga menyintai saya. Saya merasa telah
menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini
dalam ikatan suci yang diredhai Allah, iaitu ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua
lulus dengan nilai tertinggi di fakulti. Maka datanglah saatnya untuk mewujudkan
impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di
jalan yang lurus. Saya buka keinginan untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati
pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu dan saudara mara saya
semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya
memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus.
Selepas kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Sebaik saja
saya beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan terus membanting
gelas yang ada berdekatannya. Bahkan beliau mengancam: “Pernikahan ini tidak
boleh terjadi selamanya!” Beliau menegaskan bahawa selama beliau masih hidup
rancangan pernikahan dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh
otak saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang
tak terkira.
Hadirin semua, adakah Anda tahu apa sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku
sedemikian kejam? Sebabnya, kerana ayah calon isteri saya itu adalah tukang
cukur…..tukang cukur, ya sekali lagi…tukang cukur! Saya katakan dengan bangga.
Kerana meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati. Seorang pekerja keras yang
telah menunaikan kewajipannya pada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi
yang tak banyak dilakukan para bangsawan “Pasha”. Melalui tangannya ia lahirkan
tiga orang doktor, seorang jurutera dan seorang leftenan, meskipun dia sama sekali
tidak pernah mengecap bangku pendidikan.
Ibu, saudara dan seluruh keluarga berpihak pada ayah. Saya sendiri berdiri,
tiada yang membela. Pada saat yang sama adik lelaki saya membawa pasangannya
yang telah hamil dua bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah, ibu terus merestui dan
menyiapkan biaya majlis pernikahannya sebanyak lima ratus ribu pound. Saya protes
kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini? Kenapa saya yang ingin
bercinta di jalan yang lurus tidak direstui sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah
berzina , bertukar ganti pasangan dan akhirnya menghamilkan pasangannya yang
entah keberapa di luar aqad nikah, malah direstui dan diberi biaya maha besar?
Dengan senang ayah menjawab: “Kerana kamu memilih pasangan hidup dari
golongan yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan teman
wanita adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat
keluarga besar Al Gonzouri”.
Hadirin semua, semakin perit luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah saya
tentu sudah tentu saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat mahu
datang, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang jelas berzina
justeru terus dibiayai. Dan dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk
membela cinta dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahawa cara
dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain
menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini
kebenarannya. Itu saja. Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui
ayahnya. Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi,
dengan harapan beliau berlaku bijak merestui rancangan saya. Namun la haula wala
quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui penolakan
keluarga saya. Beliau pun menolak mentah-mentah untuk mengahwinkan puterinya
dengan saya. Bahkan juga bersumpah tidak akan merestui hal itu selamanya, demi
kehormatan keluarganya. Dia tidak rela keluarganya menjadi bahan ejekan dan
hinaan kalangan “Pasha”. Namun puterinya berkeras ingin menikah dengan saya dan
tidak akan menikah kecuali dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan
reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad
bernikah dengan saya.
Kami berdua bingung, jiwa kami terseksa. Keluarga saya menolak pernikahan ini
terjadi kerana alasan status sosial, sedangkan keluarga dia menolak kerana alasan
membela kehormatan. Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap
dan bertanya kenapa orang–orang itu tidak memiliki kesejukan cinta?
Setelah berfikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan
ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke pejabat ma’adzun syari (petugas
pencatat nikah) disertai tiga orang sahabat karibku. Kami berikan identiti kami dan
kami minta ma’adzun untuk melaksanakan akad nikah kami secara syar’i mengikut
madzhab Imam Hanafi. Ketika ma’adzun menutun saya: “Mamduh, ucapkanlah
kalimat ini: Saya terima nikah kamu sesuai dengan sunnatullah wa rasulihi dan dengan
mahar yang kita sepakati bersama serta dengan memakai madzhab Imam Abu
Hanifah Radiyallahu ‘anhu”. Seketika itu bercucuranlah air mata saya, airmata dia
dan airmata ketiga sahabat saya yang tahu secara detail perjalanan menuju aqad
nikah itu. Kami keluar dari pejabat itu dengan rasmi sebagai suami-isteri yang sah di
mata Allah Subhanahu wa Ta’ala dan manusia. Kami punya bukti sah sebagai suami
isteri yang diakui negara dan diakui syariat. Kami telah bertekad siap mengahadapi
kemungkinan hidup ini murni dengan kekuatan kami, tanpa sandaran dan dukungan
siapa pun kecuali pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya bisikkan dalam
telinga isteri saya agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini
belum berakhir.
Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, aqad nikah kami
membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Sebaik saja
mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayahku dari rumah. Kereta dan segala
kemudahan yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa.
Kecuali beg lusuh berisi beberapa pasang pakaian dan duit sebanyak tujuh pound
saja, hanya empat pound! Itulah sisa duit yang saya miliki selesai membayar duit aqad
nikah di pejabat ma’adzun. Begitu pula dengan isteriku, ia turut diusir oleh
keluarganya. Lebih tragis ia hanya membawa beg kecil berisi pakaian dan wang
sebanyak dua pound, tidak lebih. Total, kami hanya pegang enam pound atau dua
dolar. Ah, apa yang boleh kami lakukan dengan enam pound. Kami berdua bertemu
di jalanan umpama gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada puncak
musim dingin. Kami menggigil. Rasa cemas, takut, sedih, dan sengsara bercampur
aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan penuh
cinta dan jiwa menyatu dalam dakapan kasih sayang, rasa berdaya dan hidup
menjalari sukma kami.
“Habibi, maafkan Kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini
Maafkan kanda!.
“Tidak Kanda tidak salah, langkah yang Kanda tempuh benar. Kita telah berfikir
benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak boleh menghargai
kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berfikir anak kecil. Suatu ketika mereka akan
tahu bahawa kita benar dan tindakan mereka salah. Saya tidak menyesal dengan
langkah yang kita tempuh ini, percayalah, insya Allah, saya akan sentiasa
mendampingi Kanda, selama Kanda setia membawa dinda di jalan yang lurus. Kita
akan buktikan pada mereka bahawa kita boleh hidup dan berjaya dengan keyakinan
cinta kita. Suatu ketika saat kita gapai kejayaan itu, kita hulurkan tangan kita dan kita
berikan senyuman kita pada mereka dan mereka akan menangis haru. Airmata
mereka akan mengalir deras seperti derasnya airmata derita kita saat ini.” Jawab isteri
saya dengan terisak dalam pelukan. Kata-katanya memberikan pengaruh yang luar
biasa dalam diri saya. Lahirlah rasa optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu
sirna seketika. Apalagi teringat bahawa satu bulan lagi kami akan dilantik menjadi
doktor. Dan sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima
penghargaan dan wang sebanyak 40 pound.
Malam semakin larut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di kaki
lima kedai berdua sebagai orang melarat yang tidak punya apa-apa. Dalam
kebekuan otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin kami tidur di
kaki lima kedai itu. Jalan keluar itu pun datang jua. Dengan sisa wang pound itu kami
boleh meminjam telefon di sebuah kedai dua puluh empat jam. Saya Berjaya
menghubungi seorang teman yang boleh memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia
bahkan menghantarkan kami dengan keretanya mencarikan lokandat (rumah
penginapan) ala kadarnya yang murah.
Saat kami berteduh dalam bilik sederhana, segeralah kami disedarkan kembali
bahawa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengharunginya
berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan perjuangan
keras kami berdua serta rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kami hidup dalam
lokandat itu beberapa hari, sampai teman kami berjaya menemukan rumah sewa
sederhana di daerah kumuh Syubra Kaimah.
Bagi kaum bangsawan, rumah sewa kami mungkin dipandang sepantasnya
adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah kesayangan
mereka mungkin lebih bagus dari rumah sewa kami. Namun bagi kami, ini adalah
hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu,jika seorang gelandang tanpa rumah
menemukan tempat berteduh, ia bagaikan mendapat hadiah agung dari langit.
Kebetulan yang tuan punya rumah sedang memerlukan wang, sehingga dia
menerima aqad sewa tanpa wang jaminan dan wang perkhidmatan lainnya. Jadi
sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk tiga bulan. Betapa bahagianya kami saat
itu, segera kami pindah ke sana. Lalu kami membeli perkakas rumah untuk pertama
kalinya. Tidak lebih dari sebuah tilam kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu
kecil, dua kerusi dan satu dapur gas sederhana sekali, kipas, dan dua cangkir dari
tanah, itu saja tak lebih.
Dalam hidup yang bersahaja dan belum boleh dikatakan layak itu, kami tetap
merasa bahagia, kerana kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan
melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah
hidup dengan ghairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia merindukan syurga
di akhirat. Kerana di syurga Allah menjanjikan cinta. Ah, saya jadi teringat perkataan
Ibnul Qayyim, bahawa ni’matnya persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami
isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran setitis rasa ni’mat yang disediakan
Allah di syurga. Jika percintaan suami isteri itu ni’mat, maka syurga jauh lebih ni’mat
dari itu semua. Ni’mat cinta di syurga tidak boleh dibayangkan. Yang paling ni’mat
adalah cinta yang diberikan Allah kepada penghuni syurga, saat Allah
memperlihatkan wajahNya. Dan tidak semua penghuni syurga berhak meni’mati
indahnya wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk mencapai ni’mat cinta itu, Allah
menurunkan petunjuknya iaitu Al-Quran dan Sunnah. Yang konsisten mengikuti
petunjuk Allahlah yang berhak memperoleh segala cinta di syurga.
Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus mendekatkan
diri kepadaNya. Isteri saya jadi rajin membaca Al-Quran, lalu memakai tudung, dan
tiada putus solat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi puteri raja yang cantik
mengghairahkan. Di akhir malam ia menjelma menjadi Rabiah Adawiyah yang larut
dalam samudera munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang dia adalah doktor yang
penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan
berperibadian kuat, ia bertekad untuk menempuh hidup berdua tanpa bantuan siapa
pun, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia juga seorang wanita yang pandai
mengurus wang . Wang sebanyak 55 pound yang tersisa setelah membayar rumah
cukup untuk makan dan pengangkutan selama satu bulan. Tetangga-tetangga kami
yang sederhana sangat mencintai kami, dan kami juga mencintai mereka. Mereka
merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua
adalah doktor. Sampai-sampai ada yang kata tanpa disengaja: “Ah, kami ingat para
doktor itu pasti semuanya kaya, ternyata ada juga ya yang melarat sengsara seperti
Mamduh dan isterinya.”
Akrabnya persahabatan kami dengan para tetangga banyak mengurangi
nestapa kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil
layaknya seperti saudara sendiri. Ada yang menawari isteri agar menumpangkan saja
cuciannya pada mesin cuci mereka. Kerana kami memang doktor yang sibuk.
Ada yang membelikan keperluan dapur. Ada yang membantu membersihkan
rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan-pertolongan itu. Kehangatan
tetangga itu seolah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari keluarga
kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil sama sekali untuk mencari dan
mengunjungi kami.
Yang lebih menyakitkan, mereka tidak membiarkan kami hidup tenang. Suatu
malam ketika kami sedang tidur nyenyak,tiba-tiba rumah kami diketuk dengan kasar
dan ditendang oleh empat penjahat kiriman ayah saya. Mereka merosakkan segala
perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya mereka patah-patahkan, begitu juga
kerusi. Katil tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka mengancam
dan memaki dengan kata-kata kasar. Lalu mereka keluar dengan ancaman: “Kalian
tidak akan hidup tenang, kerana berani menentang Tuan Pasha!” Yang mereka
maksudkan dengan “tuan pasha” adalah ayah saya yang saat itu pangkatnya naik
menjadi jeneral.
Keempat-empat banjingan itu pergi. Kami berdua berpelukan, menangis
bersama-sama berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu kami atur kembali
rumah yang hancur. Kami kumpulkan juga kapas-kapas yang berserakan, kami
masukkan dalam tilam dan kami jahit tilam yang koyak-rabak tidak karuan itu. Kami
susun semula buku-buku yang bersepah. Meja dan kerusi yang pecah itu berusaha
kami perbaiki. Lalu kami tidur kepenatan dengan tangan erat bergenggaman, seolaholah
eratnya genggaman inilah sumber rasa aman dan kebahagiaan yang
meringankan tekanan hidup ini. Benar, firasat saya mengatakan ayah tak akan
membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat berita dari seorang teman bahawa
ayah telah merancang scenario keji untuk memenjarakan isteri saya berdua dengan
tuduhan wanita pelacur. Semua orang juga tahu kuatnya pegawai perisik ketenteraan
di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di
bawah telapak kaki mereka. Saya hanya boleh pasrah segalanya kepada Allah
mendengar hal itu.
Dan masya Allah! Ayah memang merancang rancangan itu dan tidak
mengurangkan niat jahatnya itu kecuali setelah seoarang teman karibku berjaya
memperdaya beliau dengan bersumpah akan berjaya memujuk saya agar
menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak menjalankan
skenario itu, sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan saya akan menjadi lebih
keras dan akan berbuat lebih nekad. Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku
setiap minggu sambil meminta beliau bersabar, sampai berjaya meyakinkan saya
untuk menceraikan isteriku. Inilah rancangan temanku itu untuk terus menghulur waktu,
sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya
dapat mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.
Beberapa bulan setelah itu datanglah saatnya masa wajib militer (tentera).
Selama satu tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang sangat saya
takutkan, tidak ada kemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap
bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai. Nyaris
selama satu tahun saya tidak dapat tidur kerana memikirkan keselamatan isteri
tercinta. Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan
hamba-hambaNya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia mendapat
kesempatan bekerja sementara di sebuah klinik kesihatan dekat rumah kami. Jadi
selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah.
Selesai wajib militer, saya terus menumpahkan segenap rasa rindu pada kekasih
hati. Saat itu adalah musim bunga. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap
matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk
segala cintanya. Saya teringat puisi seorang penyair Palestin yang memimpikan hidup
bahagia dengan pendamping setia dan lepas dari belenggu derita.
Sambil menatap ke kaki langit
Kukatakan padanya
Di sana, di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai Subuh tiba
Bukan kerana ketiadaan kata-kata
Tetapi kerana kupu-kupa kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku, besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan kita akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung
***
Yah, saya pun memimpikan yang demikian. Ingin rasanya istirehat dari nestapa
dan derita. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah berkeras untuk
masuk program Magister bersama. Gila! Idea gila! Fikirku saat itu. Bagaimana tidak. Ini
adalah saat yang paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari
pekerjaan sebagai doktor di Negara teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang
tak berperasaan. Tetapi isteri saya malah terfikir untuk meraih Magister. Saya pujuk dia
untuk menghentikan niatnya. Tapi dia tetap berkeras untuk meraih Magister dan
menjawab dengan logik yang tak kuasa saya tolak:
“Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan dan mendapat tawaran dari
fakulti sehingga akan memperolehi keringanan dalam pembiayaan, kita harus
bersabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam
kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita reguk
sumsum penderitaan ini, kita sempurnakan prestasi akademik kita, dan kita wujudkan
mimpi indah kita.”
Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau
ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad membaja isteriku,hatiku pun luruh.
Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya.
Jadilah kami berdua masuk program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup
baru yang lebih menderita. Kemasukan hanya cukup-cukup untuk hidup, sementara
keperluan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktikal, buku dan lain-lain. Nyaris
kami hidup seperti kaum sufi. Makan hanya dengan roti isy dan air. Hari-hari yang kami
lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam-malam kami lalui bersama
dengan perut lapar, teman setia kami adalah air paip. Ya, air paip. Masih terakam
dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama pada suatu malam sampai
didera rasa lapar tak terkira, kami ubati dengan air. Yang terjadi, kami malah muntahmuntah.
Terpaksa wang untuk beli buku kami ambil untuk beli pengisi perut. Siang hari,
jangan tanya, kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu terjelmalah kebiasaan dan
keikhlasan.
Meski sedemikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah
menyesal atau mengeluh sedikit pun. Tidak pernah saya melihat isteri saya mengeluh,
menangis, sedih atau pun marah kerana suatu sebab. Kalaupun dia menangis itu
bukan menyesali nasibnya, tetapi dia lebih merasa kasihan pada saya. Dia kasihan
melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah dengan selera high
class,tiba-tiba harus hidup sengsara seperti pengemis. Dan sebaliknya saya juga
merasa kasihan melihat keadaan dia, dia yang asalnya hidup selesa dan makmur
dengan keluarganya harus hidup menderita di rumah sewa yang buruk dan makan ala
kadarnya. Timbal balik perasaan ini ternyata menciptakan suasana mawaddah yang
luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak mampu lagi melukiskan rasa sayang,
penghormatan dan cinta yang mendalam padanya.
Setiap kali saya mengangkat kepala dari buku, yang nampak di depan saya
adalah wajah isteri yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya
kagum pada bidadari saya itu. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat
pandangannya dari buku, dan menatap saya penuh cinta dan senyumannya yang
khas. Jika sudah demikian, penderitaan ini terlupakan semua. Rasanya kamilah orang
paling berbahagia di dunia. “Allah menyertai orang-orang yang sabar, Sayang!”
bisiknya mesra sambil tersenyum. Lalu kami teruskan belajar dengan semangat
membara.
Allah Maha Penyayang. Usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelaran
Master dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya dua tahun saja. Namun kami belum
keluar dari derita. Setelah meraih Master pun kami masih mengecap hidup susah, tidur
di atas tilam nipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami. Sampai
akhirnya, rahmat Allah datang jua. Setelah usaha keras, kami berjaya
menandatangani kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama
kalinya setelah lima tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan
tenang. Kami hidup di rumah yang mewah. Kami rasakan kembali tidur di atas tilam
empuk. Kami kenal kembali makanan lazat setelah kami tinggal sekian tahun. Dua
tahun setelah itu kami pun dapat membeli villa bertingkat dua di Heliopolis, Cairo.
Sebenarnya saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang sesuai.
Tetapi isteriku memang “gila”. Ia kembali mengeluarkan idea gila, iaitu idea untuk
melanjutkan program doktor spesialis di London, juga dengan alasan logik yang susah
saya tolak:
“Kita doktor yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui dan kita kini
memiliki wang yang cukup untuk mengambil doktor di London. Setelah bertahun-tahun
kita hidup di lorong buruk dan kotor, tak ada salahnya kita raih sekalian tahap
akademik tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit
telah menyediakan dana tambahan.”
Ku cium kening isteriku, bismillah kita ke London. Singkatnya, dengan rahmat
Allah, kami berdua berjaya meraih gelaran doktor dari London. Saya spesialis saraf dan
isteri saya spesialis jantung. Setelah memperoleh gelaran doktor spesialis, kami
menandatangani kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya.
Bahkan saya diangkat sebagai doktor ahli sekaligus direktor rumah sakitnya dan isteri
saya sebagai wakilnya. Kami juga mengajar di Universiti. Kami pun dikurniai seorang
puteri yang cantik dan cerdas. Saya namakan dia dengan nama isteri terkasih,
belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti
mengilhamkan kebajikan-kebajikan.
Lima tahun setelah itu kami kembali ke Cairo setelah sebelumnya menunaikan
ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana seorang raja dan permaisurinya
yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan
kedamaian setelah lebih dari sembilan tahun hidup menderita, melarat dan sengsara.
Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami pada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan bertambahlah rasa cinta kami. Ini cerita nyata yang ingin saya
sampaikan sebagai nasihat hidup.
Jika hadirin sekalian ingin tahu isteri solehah yang saya cintai dan mencurahkan
cintanya dengan tulus tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di
kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru muda yang menunduk di
barisan depan kaum ibu, tepat samping kiri artis berjilbab Huda Sulthan, dialah isteri
saya tercinta yang mengajrkan bahawa penderitaan boleh mengekalkan cinta, dialah
Prof. Shiddiqa binti Abdul Aziz!”
Tepuk tangan bergemuruh mengiri gegak kamera video menyuting sosok
perempuan separuh baya yang nampak anggun dengan jilbab biru tuanya.
Perempuan itu sedang mengusap cucuran airmatanya. Kamera itu juga merakam
mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai dan
segenap hadirin yang menghayati cerita itu dengan saksama.
***************
*Ketika Derita Mengabadikan Cinta merupakan satu daripada 38 cerpen
daripada Buku Di Atas Sajadah Cinta.
Adakah jiwa anda sudah terbangun? Jangan berlengah lagi, biar kawan anda
juga turut merasainya.
Atau lebih baik lagi jika anda beli sendiri untuk mengikuti kisah-kisah teladan
yang lain.Ia boleh didapati di kedai-kedai
dengan harga RM 15.90 sahaja.
Semoga apa yang baik itu dapat kita sebarkan demi agama yang tercinta,
insya Allah.
0 komentar

AL-QUR'AN, INDUK DARI IPTEK


AL-QUR'AN, INDUK DARI IPTEK !!!
   

Al-Qur'an, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara lisan dan berangsur-angsur antara tahun 610 hingga 632 M atau selama kira-kira 22 tahun, dimana pada masa itu umat manusia khususnya orang-orang Mekah dan Madinah masih dalam kegelapan dan buta huruf, telah membuktikan kebenaran wahyunya melalui konsistensinya dan kesesuaiannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang ditemukan umat manusia pada masa jauh setelah Muhammad. 

Berbagai contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti kebenaran wahyu Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tanpa bisa dibantah. 

1. Kemenangan Bizantium. Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.  
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)  
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.) 

Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.  

Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)  

Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan.  

Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.  

Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di bumi".  

Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.  

Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.  

Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.
  

"Apakah kamu masih mengharapkan mereka (Yahudi & Kristen) akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar Firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?" (QS. 2:75) 

"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang (Yahudi & Kristen) yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: 'Ini dari Allah', untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan." (QS. 2:79)   

"Orang-orang (Yahudi & Kristen) yang telah Kami beri Al Kitab mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." (QS. 2:146)  

"Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata: 'Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia'. Katakanlah: 'Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?' Katakanlah: 'Allah-lah (yang menurunkannya)', kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur'an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya." (QS. 6:91) 


Dan lain sebagainya. 
3. Kemenangan di Khaibar dan Mekah. 
Sisi keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala: 
"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Al Qur'an, 48:27)  
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah dengan aman.  

Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan hanyalah salah satu di antara sekian hikmah yang terkandung dalam Al Qur'an. Ini juga merupakan bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, Yang pengetahuan-Nya tak terbatas. 

4. Ditemukannya jasad Fir'aun. 
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Fir'aun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. 10:92) 
Pada waktu  Qur-an  disampaikan  kepada  manusia  oleh  Nabi Muhammad,  semua  jenazah  Fir'aun-Fir'aun yang disangka ada hubungannya dengan Exodus oleh manusia  modern  terdapat  di kuburan-kuburan  kuno di lembah raja-raja (Wadi al Muluk) di Thebes, di seberang  Nil  di  kota  Luxor.  Pada  waktu  itu manusia   tak  mengetahui  apa-apa  tentang  adanya  kuburan tersebut. Baru pada abad 19 orang menemukannya seperti  yang dikatakan  oleh  Qur-an  jenazah  Fir'aunnya Exodus selamat. Pada waktu ini jenazah Fir'aun  Exodus  disimpan  di  Museum Mesir  di  Cairo  di  ruang  mumia,  dan  dapat dilihat oleh penziarah. Jadi hakekatnya  sangat  berbeda  dengan  legenda yang  menertawakan  yang  dilekatkan kepada Qur-an oleh ahli tafsir Injil, R.P. Couroyer. 
5. Madu adalah Obat. 
"kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. 16:69) 
Tidak ada seorang pun yang membantah bahwa madu lebah dapat dijadikan obat bagi manusia. Padahal, Al-Qur'an diturunkan pada abad ke-7 Masehi, dimana orang-orang pada waktu itu, khususnya di Jazirah Arab, masih buta iptek. 
6. Air susu binatang, minuman yang lezat. 
"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya." (QS. 16:66)
Pada waktu itu tidak ada seorang manusia pun di Jazirah Arab yang mengira bahwa air susu ternak dapat diminum oleh manusia, bahkan menyehatkannya. Sekarang, air susu ternak sudah menjadi santapan sehari-hari bagi manusia yang menyukainya. 
7. Segala yang hidup di muka bumi diciptakan dari air. 
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. 21:30) 
Pada waktu ayat tersebut diturunkan, tidak ada yang berfikir kalau segala yang hidup itu tercipta dari air. Sekarang, tidak ada seorang pakar pun yang membantah bahwa segala yang hidup itu tercipta dari air. Air adalah materi pokok bagi kehidupan setiap makhluk hidup. 
8. Fenomena berpasang-pasangan atas segala sesuatu.  
Qur-an yang berulang-ulang menyebut  adanya  pasangan  dalam alam  tumbuh-tumbuhan,  juga  menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan  batas-batas  yang  tidak ditentukan.  
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui." (QS. 36:36) 
Kita dapat mengadakan hipotesa  sebanyak-banyaknya  mengenai arti  hal-hal  yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di  dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling  besar,  baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang  dijelaskan  dalam  ayat  itu secara  gamblang  dan  untuk  mengetahui  bahwa  kita  tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini. 

Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut "parité", menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:  

"...setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan ... dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat."  

Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian "dikirim ke bumi", persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur'an diturunkan. (http://www.2think.org/nothingness.html, Henning Genz - Nothingness: The Science of Empty Space, s. 205) 

9. Kejadian manusia di dalam rahim. 
Telor yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di dalam  rendahan (cavite) Rahim (uterus). Inilah yang dinamakan "bersarangnya telur."  

Qur-an menamakan uterus tempat telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).  

"Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan." (QS. 22:5)  
Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya (villis) yakni perpanjangan telor yang akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi membesarnya telor, seperti akar tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telor dalam Rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman modern.  

Pelekatan ini disebutkan dalam Qur-an 5 kali. Mula-mula dua ayat pertama surat 96 ayat 2.

"Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat." (QS. 96:2)  
"Sesuatu yang melekat" adalah terjemahan kata bahasa Arab: 'alaq. Ini adalah arti yang pokok. Arti lain adalah "gumpalan darah" yang sering disebutkan dalam terjemahan Qur-an. Ini adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap  "gumpalan  darah." Ada lagi terjemahan 'alaq dengan "lekatan" (adherence) yang juga merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok yakni  "sesuatu yang melekat" sesuai sekali dengan penemuan Sains modern.  

Ide  tentang "sesuatu yang melekat" disebutkan dalam 4 ayat lain yang membicarakan transformasi urut-urutan semenjak tahap "setetes sperma" sampai sempurna.  

"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dan kabur) maka (ketahuilah) bahwasanya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, (sesuatu yang melekat) kemudian dari segumpal daging yang sempurna keadaannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu." (QS. 22:5)  
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat)." (QS. 23:4)  

"Dialah yang menciptakan kamu dan tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dan segumpal darah (sesuatu yang melekat)." (QS. 40:67)  

"Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah (sesuatu yang melekat) lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya." (QS. 75:37-38)  
Anggauta tempat "mengandung" itu terjadi, selalu disebutkan dalam Qur-an dengan kata yang berarti uterus.  

Dan beberapa surat, tempat  itu dinamakan "Tempat menetap yang kokoh." (surat 23 ayat 13 yang pernah kita sebutkan dan surat 77 ayat 21.18)  

PERKEMBANGAN EMBRIYO DIDALAM PERANAKAN  
Hal-hal yang disebutkan oleh Qur-an sesuai dengan  apa  yang diketahui  manusia  tentang  tahap-tahap perkembangan embryo dan tidak mengandung hal-hal yang dapat dikritik oleh  Sains modern.  

Setelah "sesuatu yang melekat," yaitu kata-kata yang telah kita lihat kebenarannya, Qur-an mengatakan bahwa embriyo melalui tahap: daging (seperti daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging (diterangkan dengan kata lain yang berarti daging segar).  

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan sesuatu yang melekat dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik." (QS. 23:14)  
Daging (seperti yang dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa Arab   mudlghah;   daging   (seperti  daging  segar)  adalah terjemahan lahm Perbedaan perlu digaris bawahi, embriyo pada permulaannya  merupakan  benda yang nampak kepada mata biasa (tanpa alat), dalam tahap tertentu daripada perkembangannya, sebagai  daging  dikunyah.  Sistem  tulang,  berkembang pada benda tersebut dalam yang dinamakan "mesenhyme." Tulang yang sudah  terbentuk  dibungkus  dengan  otot-otot,  inilah yang dimaksudkan dengan "lahm. "  

Dalam perkembangan embriyo, ada beberapa bagian yang muncul, yang  tidak  seimbang  proporsinya  dengan yang akan menjadi manusia nanti, sedang bagian-bagian lain tetap seimbang.  

Bukankah arti kata  bahasa  Arab  "mukhallaq"  yang  berarti "dibentuk dengan proporsi seimbang" dan dipakai dalam ayat 5 surat 22, disebutkan untuk menunjukkan fenomena ini?  

Qur-an juga menyebutkan munculnya pancaindera dan hati (perasaan, af-idah).  

"Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh (ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati." (QS. 32:9)  
Qur-an juga menyebutkan terbentuknya seks:  
"Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dan air mani apabila dipancarkan." (QS. 53:45-46)  
Terbentuknya seks juga disebutkan dalam surat 35 ayat 11 dan surat 75 ayat 39.  

Semua pernyataan-pernyataan Qur-an harus dibandingkan dengan hasil-hasil Sains modern; persesuaian di antara kedua hal tersebut sangat jelas. Tetapi juga sangat perlu untuk membandingkannya dengan kepercayaan-kepercayaan umum yang tersiar pada waktu Qur-an, agar kita mengetahui bahwa manusia pada waktu itu tidak mempunyai konsepsi seperti yang diuraikan oleh Qur-an mengenai problema-problema tertentu. Mereka itu tidak dapat menafsirkan Qur-an seperti yang kita lakukan sekarang setelah hasil Sains modern membantu kita. Sesungguhnya hanya baru pada abad  XIX, manusia mempunyai pandangan yang jelas tentang hal-hal tersebut.  

Selama  abad  pertengahan  mitos  dan  spekulasi tanpa dasar merupakan sumber daripada doktrin yang bermacam-macam,  yang tetap  dianut orang setelah abad pertengahan selesai. Banyak orang tidak  tahu  bahwa  tahap  fundamental  dalam  sejarah embryologi  adalah  pernyataan  Harvey  pada th. 1651 bahwa: "Semua yang hidup itu berasal dari telor."  

Juga banyak orang tidak tahu bahwa embriyo itu terbentuk sedikit demi sedikit, sebagian demi sebagian. Tetapi pada waktu ilmu pengetahuan baru telah mendapat bantuan dari penemuan baru yaitu mikroskop untuk menyelidiki soal-soal kita ini, masih terdapat banyak orang yang membicarakan peran telur spermatozoide. Seorang naturalis, yaitu Buffon termasuk golongan ovist (yaitu golongan yang menganut teori pengkotakan). Bonnet  salah seorang penganut teori tersebut mengatakan bahwa telor Hawa, ibu dari jenis manusia, mengandung segala bibit jenis manusia, yang disimpan dalam pengkotakan, yang satu didalam yang lainnya. Hipotesa semacam ini masih diterima orang pada abad XVIII.  

Lebih seribu  tahun sebelum zaman tersebut, di mana doktrin-doktrin khayalan masih mendapat pengikut, manusia sudah diberi Qur-an oleh Tuhan. Pernyataan-pernyataan Qur-an mengenai reproduksi manusia menjelaskan hal-hal yang pokok dengan istilah-istilah sederhana yang manusia memerlukan berabad-abad untuk menemukannya. 

10. Karakter binatang yang hidup berkelompok. "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al Kitab, kemudian kepada Tuhan merekalah, mereka dihimpunkan." (QS. 6:38) 
Beberapa hal dalam ayat tersebut harus kita  beri  komentar. Pertama-tarna:  nasib  binatang-binatang  sesudah mati perlu disebutkan. Dalam hal ini nampaknya Qur-an tidak  mengandung sesuatu  doktrin.  Kemudian  soal  taqdir  secara umum, yang kelihatannya  menjadi  persoalan  di  sini,  dapat  difahami sebagai  taqdir  mutlak  atau  taqdir relatif, terbatas pada struktur  atau  organisasi  fungsional  yang  mengkondisikan tindakan  (behaviour).  Binatang  bereaksi kepada fakta luar yang bermacam-macam sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu.  

Menurut Blachere, seorang ahli tafsir kuno seperti  Al  Razi berpendapat     bahwa    ayat    ini    hanya    menunjukkan tindakan-tindakan instinktif yang  dilakukan  oleh  binatang untuk memuji Tuhan.  

Syekh  si Baubekeur "Hamzah" (Sayid Abubakar Hamzah, seorang ulama  Maroko)  dalam tafsirnya menulis: "Naluri yang mendorong makhluk-makhluk  untuk  berkelompok  dan berreproduksi, untuk hidup  bermasyarakat  yang  menghendaki agar  pekerjaan  tiap-tiap  anggauta  dapat  berfaedah untuk seluruh kelompok." 

Cara hidup binatang-binatang itu pada beberapa  puluh  tahun terakhir  telah  dipelajari secara teliti dan kita menjadi yakin akan adanya masyarakat-masyarakat  binatang.  Sudah terang bahwa hasil pekerjaan kolektif telah dapat meyakinkan orang tentang  perlunya  organisasi  kemasyarakatan.  Tetapi penemuan   tentang   mekanisme   organisasi  beberapa  macam binatang baru terjadi  dalam  waktu  yang  akhir-akhir  ini. Kasus  yang  paling  banyak  diselidiki dan diketahui adalah kasus  lebah.  Nama  Von  Frisch  dikaitkan   orang   dengan penyelidikan  tersebut.  Pada  tahun 1973 Von Frisch, Lorenz dan  Tinbergenmendapat  hadiah  Nobel  karena   penyelidikan mereka.  

11. Peredaran benda-benda angkasa dalam garis edarnya.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.  
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33) 

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu: 
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38) 
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.  

Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut: 

"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7) 
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.  

Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.  

Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah. 
 
12. Gugusan bintang atau galaksi. 
"Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang (galaksi) dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya." (QS. 25:61)  
Dalam alam semesta ini terdapat milyaran galaksi. Di antara galaksi-galaksi itu adalah: 

- Galaksi Bima Sakti (tata surya kita ini terdapat di dalamnya).
- Galaksi Magellan (berjarak kira-kira 150.000 tahun cahaya dari Bima Sakti).
- Galaksi Andromeda (lebih jauh sedikit dari Magellan, dengan jarak kira-kira 2.000.000 tahun cahaya). 

13. Gerak semu matahari. 
"Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya." (QS. 55:17) 
Dua tempat terbit matahari dan dua tempat terbenamnya ialah tempat dan terbenam matahari di waktu musim panas dan di musim dingin. Gerak semu matahari ke utara-selatan menyebabkan beberapa musim tertentu di suatu negara tertentu.  
14. Planet dalam langit terdekat.
Dalam suatu ayat terdapat kata "Kawakib" yang menurut pengetahuan modern  hanya  dapat  diartikan "planet". 
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan yaitu planet-planet." (QS. 37:6)  

Kalimat Qur-an: "Langit yang terdekat" dapatkah diartikan sebagai sistem matahari? Kita mengetahui bahwa tak terdapat di antara benda-benda samawi yang terdekat kepada kita selain planet. Matahari adalah bintang satu-satunya dalam sistem ini yang pakai nama. Orang tak dapat mengerti, benda  samawi apa  gerangan  yang  dimaksudkan  dalam  ayat tersebut, jika bukan planet. Rasanya  sudah  benar  jika  kita  terjemahkan "Kawakib"  dengan  "planet;"  dan  ini  berarti bahwa Qur-an menyebutkan adanya "planet" menurut definisi modern.

15. Mengembangnya alam semesta.
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:  
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)  
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.  

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".  

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.  

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.  

16. Bentuk bulat planet bumi. "Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)
Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.  

Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.  

Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya. Rasanya tidak mungkin Allah menyebutkan secara vulgar bahwa bentuk bumi adalah bulat, karena ini akan bertentangan dengan keyakinan manusia pada waktu itu. Lebih jauh, Allah menyuruh manusia untuk berfikir dan memahami segala ciptaan-Nya yang tak terbatas luasnya ini.  

17. Lautan yang tidak bercampur satu sama lain. 
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Quran sebagai berikut: 
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing ... Dari keduanya keluar mutiara dan marjan." (Al Qur'an, 55:19-20,22)  
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.) 

Dari keduanya, dapat digali berbagai kekayaan alam khususnya mutiara dan marjan.  

Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur?an.  

Suatu fenomena lain yang sering kita dapatkan  adalah  bahwa  air lautan  yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak  bercampur  seketika.  Orang  mengira   bahwa   Qur-an membicarakan  sungai Euphrat dan Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam lautan  yang panjangnya  lebih  dari 150 km, dan dinamakan Syath al Arab. Di dalam teluk  pengaruh  pasang  surutnya  air  menimbulkan suatu  fenomena  yang bermanfaat yaitu masuknya air tawar ke dalam tanah sehingga menjamin irigasi yang memuaskan.  Untuk memahami  teks  ayat,  kita  harus ingat bahwa lautan adalah terjemahan kata bahasa Arab "Bahr" yang  berarti  sekelompok air  yang  besar,  sehingga  kata  itu  dapat  dipakai untuk menunjukkan lautan  atau  sungai  yang  besar  seperti  Nil, Tigris dan Euphrat.  

Dua  ayat  yang  memuat  fenomena  tersebut  adalah sebagai berikut:
  
"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (QS. 25:53)  

"Dan tidak sama (antara) dua laut. Yang ini tawar segar sedap diminum, dan yang ini asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya." (QS. 35:12)
 

Selain menunjukkan  fakta  yang  pokok,  ayat-ayat  tersebut menyebutkan  kekayaan-kekayaan  yang  dikeluarkan  dari  air tawar  dan  air  asin  yaitu  ikan-ikan  dan  hiasan  badan: batu-batu  perhiasan  dan  mutiara.  Mengenai fenomena tidak campurnya air sungai dengan  air  laut  di  muara-muara  hal tersebut  tidak  khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang tidak  disebutkan  namanya  dalam  ayat  walaupun  ahli-ahli tafsir   mengira   bahwa   dua   sungai  besar  itulah  yang dimaksudkan.  Sungai-sungai  besar  yang  menuang  ke   laut seperti  Missisippi  dan  Yang  Tse menunjukkan keistimewaan yang sama; campurnya kedua macan air  itu  tidak  terlaksana seketika tetapi memerlukan waktu. 
18. Kegelapan dan gelombang di dasar lautan. 
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (Al Qur'an, 24:40) 
Keadaan umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans:  

Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. (Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27) 

Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas permukaan dan kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus yang dikembangkan menggunakan teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan informasi ini.  

Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan gelap, seperti pada kedalaman 200 meter. Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan. Namun, pernyataan "gelap gulita di lautan yang dalam" digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah pasti salah satu keajaiban Al Quran, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra.  

Selain itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan?" mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al Quran yang lain.

Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang "terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda." Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205)  

Pernyataan-pernyataan dalam Al Qur'an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah. 

19. Manfaat sidik jari. 
Saat dikatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus ditekankan:  
"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4)  
Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.  

Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia.  

Akan tetapi, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.
  
20. Jenis kelamin bayi. 
Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani apabila dipancarkan".  
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (Al Qur'an, 53:45-46)  
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.  

Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.  

Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.  

Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.  

Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.  

Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al Qur'an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria.  

21. Manusia tercipta dari setitik sperma. 
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an : 
"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (Al Qur'an, 75:36-37) 
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi
22. Bagian otak yang mengendalikan gerak kita. 
"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (Al Qur'an, 96:15-16)
Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur'an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang fungsi bagian ini, menyatakan:  

Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal, dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi... (Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles R.; N. L. Strominger; and R. J. Demarest, 1991, The Human Nervous System, Introduction and Review, 4. edition, Philadelphia, Lea & Febiger , s. 410-411)  

Buku tersebut juga mengatakan:  

Berkaitan dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang... (Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211)  

Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta.  

Jelas bahwa ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" benar-benar merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur'an sejak dulu.   

23. Air susu ibu dalam 2 tahun. 
Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir, dan sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini.  

Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in Infant Nutrition, http:// www. icr.org/pubs/imp-259.htm)  

Allah memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad yang lalu, yang hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya "...menyapihnya dalam dua tahun...".  

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (Al Qur'an, 31:14) 
24. Reproduksi tumbuh-tumbuhan. 
"Yang telah menjadikan bagimu sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan, maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dan tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam." (QS. 20:53) 

"Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya." (QS. 15:22) 

"...Dan menjadikan padanya (bumi) semua buah-buahan berpasang-pasangan..." (QS. 13:3)   
Kita mengetahui bahwa "buah" adalah hasil proses  reproduksi daripada   tumbuh-tumbuhan  tingkat  tinggi  yang  mempunyai organisasi  (susunan  anggauta)  yang  lengkap  dan   sangat kompleks.  Tahap  sebelum  menjadi  buah adalah bunga dengan anggauta jantan (etamine)  dan  betina  (ovules).  Ovul  ini setelah  menerima  "pollen"  menghasilkan buah, dan buah itu sesudah matang menghasilkan biji. Tiap-tiap buah  mengandung arti  tentang  adanya  anggauta  jantan  dan anggota betina. Inilah yang dimaksudkan oleh ayat tersebut di atas.  

Tetapi kita harus ingat bahwa  dalam  beberapa  pohon,  buah dapat  dihasilkan  oleh  bunga  yang  tidak  dikawin seperti pisang, beberapa macam ananas, tin (fique), orange dan  buah anggur.   Buah   tersebut  tidak  berasal  dari  pohon  yang mempunyai jenis seks.

Selesainya reproduksi terjadi dengan proses tumbuhnya  biji, setelah  terbukanya  tutup  luar (yang mungkin juga terpadat dalam  biji).  Terbukanya  tutup   luar   itu   memungkinkan keluarnya  akar  yang  akan  menyerap  makanan  dari  tanah. Makanan  itu  perlu  untuk   tumbuh-tumbuhan   yang   lambat pertumbuhannya,  yaitu  untuk  berkembang  dan  menghasilkan individu baru.  

Suatu ayat memberi isyarat kepada pembenihan ini.  

"Sesungguhnya Allah membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan..." (QS. 6:95) 
25. Reproduksi binatang. "Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan." (QS. 53:45-46)  
Ayat di atas berlaku umum, tidak saja bagi reproduksi manusia, tetapi juga berlaku bagi reproduksi binatang. "Pasangan" adalah kata-kata yang sama yang kita dapatkan dalam ayat-ayat yang membicarakan reproduksi tumbuh-tumbuhan. Di sini soal sex ditegaskan. Perincian yang sangat mengagumkan adalah gambaran yang tepat tentang beberapa tetes zat cair (sperma) yang diperlukan untuk reproduksi.
26. Menembus ruang angkasa dan kedalaman perut bumi.   
Al-Qur'an memberi isyarat kepada manusia untuk menjelajahi ruang angkasa dan perut bumi yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia pada waktu ayat ini diturunkan.
"Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, dan kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (QS. 55:33)
Manusia, dengan kecerdasan dan keterampilannya, telah berhasil mendaratkan dua orang awak pesawat apollo 11 ke bulan dan membuat stasiun ruang angkasa, dan banyak menerjunkan pekerja tambang ke dalam perut bumi hingga kedalaman beberapa kilometer.

Dan lain sebagainya.

TANTANGAN ALLAH SWT KEPADA ORANG-ORANG KAFIR (KHUSUSNYA ATHEIS):
Allah SWT menantang orang-orang kafir untuk mengembalikan nyawa manusia ketika dicabut:
"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu, tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah), kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?" (QS. 56:83-87)
PEKERJAAN RUMAH BAGI AHLI-AHLI RUANG ANGKASA:
Secara gamblang, Allah SWT menyebutkan keberadaan makhluk-makhluk melata di ruang angkasa:
"Diantara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya." (QS. 42:29)


Wassalaam.
 
 
;