Rabu, 21 Maret 2012 0 komentar
KESEMPURNAAN PERGAULAN DALAM ISLAM
 
 
Assalamu'alaykum warahmaatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Yaa Rahmaan Yaa Rahiim, aku memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, aku berlindung kepada-Nya dari kejahatan diriku dan kejelekan amal perbuatanku.

Siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Islam adalah agama yang agung, lengkap dan sempurna, agama yang dibangun di atas kemaslahatan dan menolak kerusakan, diturunkan oleh Dzat yang Maha Tinggi, disampaiakan oleh malaikat yang amanah kepada Nabi yang suci, dan diemban oleh orang-orang shalih dan pilihan sepanjang zaman.

Islam adalah agama yang mengatur segala lini kehidupan, lahir maupun bathin, baik secara vertikal hubungan antara makhluk dengan Khalik-nya maupun secara horizontal yaitu hubungan antara sesama.

Islam adalah agama yang adil. Seorang muslim yang sempurna adalah mereka yang mampu menunaikan kewajiban kepada sang Khalik sekaligus kepada sesama.

Kebutuhan kita manusia akan lingkungan yang baik, bisa diibaratkan dengan kebutuhan tanaman akan tanah yang bagus, cukup unsur haranya, suhunya cocok dan airnya cukup, maka tanaman tersebut akan bersemi, tumbuh berkembang dengan baik dan berbuah sesuai dengan yang diharapkan. Tapi jika tanahnya tandus, suhu tidak stabil, airnya tidak tercukupi maka tanaman tersebut udah bisa dipastikan tidak akan bertumbuh dan berbuah sesuai harapan, bahkan tanaman itu bisa mati karenanya.

Demikian jugalah kita umat muslim, sudah selayaknya kita mencari lingkungan yang baik, teman yang shalih/shalihah yang bisa mendukung, menguatkan, menegur serta mengingatkan kita untuk selalu dan tetap istiqamah dalam kebaikan dan ketaatan kepada-Nya.

Interaksi sosial jika dibangun atas dasar kemaksiatan, maka pelakunya sama-sama mendapat dosa dan murka dari Allah. Jika dibangun atas dasar dunia belaka, maka pelakunya tidak akan dapat balasan apa-apa. Namun kalau dibangun atas dasar kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT, maka hubungan yang seperti ini merupakan suatu hal yang sangat dianjurkan oleh syariat, dan pelakunya berhak mendapatkan kecintaan, keridhaan dan pahala yang melimpah dari Allah SWT.

Keutamaan bergaul dengan orang-orang yang baik:
1. Mendapat cinta Allah SWT (di dunia)
2. Merasakan manisnya iman (di dunia)
3. Allah akan memuliakannya (di dunia)
4. Senantiasa mendapat kebaikan yang tak terhingga (di dunia)
5. Allah akan menaunginya pada hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah (di akhirat)
6. Pada hari kiamat dia berada di atas mimbar dari cahaya (di akhirat)
7. Bersama orang-orang yang dicintainya walaupun dia tidak beramal seperti mereka (di akhirat)
8. Menempatkannya di tempat yang paling tinggi di surga (di akhirat)

Yaa Allah Yaa Rahmaan Yaa Rahiim...
Cintakanlah hati kami kepada orang-orang shalih, dan gabungkanlah kami beserta mereka di dunia dalam keridhaan-Mu, dan di dalam surga-Mu. Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin. Qobul Yaa Mujiib

♥ Najah Hannan El-Azhisy ♥
0 komentar
TAARUF BETTER THAN PACARAN

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berduaan dengan seorang wanita di suatu tempat tanpa disertai mahramnya, karena sesungguhnya yang ketiganya adalah Syaitan." (HR. Ahmad).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nuur [24]: 21)

Zina dapat berawal dari pandangan mata, sentuhan tangan, berduan dengan yang bukan mahram. Pacaran adalah pintu yang paling dekat dengan zina dan zina adalah haram hukumnya, dan ia termasuk dosa besar yang paling besar. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’ [17]: 32).

Islam memberikan batasan dalam hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan mahramnya demi mencegah terjadinya kemudharatan diantara mereka. Pacaran itu merupakan pintu zina, makanya ada kejadian pasangan muda-mudi yang hamil sebelum menikah, memandang lawan jenis yang bukan mahramnya yang tidak jarang disertai dengan syahwat diantara mereka berdua, saling bersentuhan kulit, bermesraan, tidak jarang berakhir dengan perzinahan. Firman Allah SWT: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’ [17]: 32). Ingatlah, mendekati Zinapun telah dilarang oleh Allah SWT. Dari Ma’qil bin Yasar ra, Nabi SAW bersabda: “Kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik daripada dia menyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya.” (HR. At-Tabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir). DENGAN CARA berpacaran dikarenakan hal itu memberikan peluang kepada setan untuk membisikkan kalimat-kalimat kotornya kedalam diri mereka yang kemudian bisa membuka pintu-pintu perzinahan.

Zaman sekarang kan kita enggak bisa gampang percaya sama orang, jadi perlu ada penjajakan. Islam punya solusi yang mantap dan OK dalam memilih jodoh. Istilahnya ngetop dengan nama "Ta’aruf", artinya "Perkenalan".

Pertama: Ta'aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajakan sebelum menikah. Jadi kalau salah satu atau keduanya nggak merasa sreg bisa menyudahi ta'arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta'aruf, yang Insya Allah niatnya untuk menikah Lillahi Ta'ala, kalau tidak cocok bertawakal saja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan.

Kedua: Ta'aruf itu lebih fair. Masa penjajakan diisi dengan saling tukar informasi mengenai diri masing-masing baik kebaikan maupun keburukannya. Bahkan kalau kita tidurnya sering ngorok, misalnya, sebaiknya diberitahukan kepada calon kita agar tidak menimbukan kekecewaan di kemudian hari. Begitu pula dengan kekurangan-kekurangan lainnya, seperti mengidap penyakit tertentu, enggak bisa masak, atau yang lainnya. Informasi bukan cuma dari si calon langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru ngaji, orang tua si calon). Jadi si calon enggak bisa ngaku-ngaku dirinya baik. Ini berbeda dengan orang pacaran yang biasanya semu dan penuh kepura-puraan. Yang perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang laki-laki biarpun lagi bokek tetap berlagak kaya traktir ini itu (padahal dapet duit dari minjem temen atau hasil ngerengek ke ortu tuh).

Ketiga: Dengan ta'aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hal ini bisa terjadi karena kedua belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan dengan orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap merasa belum bisa mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?

Keempat: Melalui ta'aruf kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan. Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang sreg bisa dipertimbangan dengan memakai hati dan pikiran yang sehat. Keputusan akhir pun tetap berdasarkan dialog dengan Allah melalui sholat istikharah. Berbeda dengan orang yang mabuk cinta dan pacaran. Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya pacarnya suka memukul, suka mabuk, tapi tetap bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya. Tapi karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.

Kelima: Kalau memang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta'aruf ke khitbah (lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama. Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai macam zina termasuk zina hati. Selain itu tidak ada perasaan "digantung" pada pihak perempuan. Karena semuanya sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunah Rasulullah yaitu menikah.

Keenam: Dalam ta'aruf tetap dijaga adab berhubungan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya ada pihak ketiga yang memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat (berdua-duaan) kecil yang artinya kita terhindar dari zina.
Nah ternyata TA'ARUF banyak kelebihannya dibanding Pacaran dan Insya Allah diridhoi Allah Subhana wa Ta'ala. Jadi, sahabat……..kita mau mencari kebahagian dunia akhirat dan menggapai ridho-Nya atau mencari kesulitan, mencoba-coba melanggar dan mendapat murka-Nya...!!!

Pilhan ada pada diri pribadi kita masing-masing....^_^

Dan Ingatlah selalu firman Allah Subhana wa Ta'ala: "Barangsiapa Mengerjakan Kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan Kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan." (QS. Al-Jatsiyah [45]: 15).

Pilih PACARAN atau TA'ARUF ?
Selasa, 20 Maret 2012 0 komentar
╰♥♥♥╮ BEGINILAH CARAKU MENCINTAIMU╰♥♥♥╮
 


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Ada kekasih yang membuktikan cintanya dengan jutaan kalimat,, pujian dan rayuan,,
Ada pula dengan sikap nan penuh kasih,,
Tak sedikit dengan pengorbanan yang meluluh lantakkan harga diri,,
Ada pula dengan menguras tenaga dan materi.

Namun bagiku, aku mencintaimu dengan menundukkan wajahku padamu,,

Bukan karena ku ingin berpaling darimu,,
Tapi karena ku ingin menjaga pandanganmu dari panah-panah iblis.

Ku mencintaimu dengan tidak melemah-lembutkan suaraku padamu,,

Bukan karena aku ingin menyakitimu,,
Namun karena aku ingin menjaga hatimu dari bisikan syaitan yang menipu.

Ku mencintaimu dengan menjauh darimu,,

Bukan karena aku membencimu,,
Namun karena ku ingin menjagamu dari khalwat yg menjebak.

Ku mencintaimu dengan menjaga dirimu dan diriku

Menjaga kesucianmu dan kesucianku
Menjaga kehormatanmu dan kehormatanku
Menjaga kebeningan hatimu dan hatiku.

Cinta...


Tak mengapa saat ini kita jauh,

Karena kelak Allah yang akan menyatukan kita dalam ikatan sucinya..
Karena itu jauh lebih berarti,
Jauh lebih abadi,
Karena aku yakin janji Allah adalah pasti,
Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik.
Seperti inilah ku mencintaimu dengan menjaga kesucian diri,,
Jiwa dan hatiku hanya untuk ku persembahkan padamu kelak.

Oleh karena itu cinta...

Jaga kesucian cintamu juga hanya untukku.

Ya Rabb...

Pada-MU ku titipkan cintaku padanya...
Aamiin ya Allah ya Rabbal’alamiin.


0 komentar
“Tak Ada Jalan Buntu, Selama Yakin Pada Allah” KISAH NYATA
 
 
   ------------------------------------------------------- Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,moga dengan kisah ini kita smua bisa mengambil ibrahnya dan semakin bertambah keimanan kita serta dalam keistiqomahan kita pada Allah.... Ia pernah jaya dengan usaha jual beli. Tapi ujian menerpanya hingga semua hartanya ludes. Bagaimana ia kembali bangkit? Dalam mengarungi samudra kehidupan, menusia laksana sebuah roda. Kadang ia berada di atas, kadang pula ia berada di bawah. Begitu pula dengan kisah hidup Azam, pria asal Bojonegoro, Jawa Timur. Dikisahkan olehnya, ketika ia dalam masa kejayaan, bukan hanya rumah yang menjadi simbol kekayaannya. Mobil yang berjumlah tiga buah, juga menjadi fasilitas yang melengkapi kemewahan yang ia miliki. Belum lagi hasil dari usaha yang ia geluti, jual beli beras, yang omzetnya mencapai 25 ton per-bulan. Namun malang tidak bisa dihindari, ketika roda kehidupan bergelinding membawanya ke posisi dasar. Usahanya bangkrut, dan utang bertebaran di sana-sini. Inilah kisahnya yang ditulis dengan bahasa tutur. *** Kisah ini saya mulai dari sejarah masuknya saya ke lembaga dakwah. Saya bergabung pada tahun 1995, setelah menyelesaikan studi di Institut Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), Surabaya tahun 1994, jurusan Fisika. Langkah bergabung dengan lembaga dakwah bukan langkah mudah. Keputusan ini, sungguh sangat bertentangan dengan keinginan orangtuaku yang ingin aku menjadi seorang pegawai negeri (PNS). Maklum, di desa, jarang anak mengenyam bangku kuliah. Apalagi, statusku sebagai sarjana Fisika. Merekapun selalu memaksaku, bahkan tidak jarang dengan menggunakan bahasa yang –kadang-kadang- tidak mengenakkan. Namun, laksana karang di lautan, tekadku untuk berdakwah dan bergabung di sebuah lembaga dakwah tak pernah runtuh, sampai akhirnya mereka pun menyerah. Saya memilih sebuah lembaga dakwah, sebagai ‘pelabuhan’, karena saya melihat keindahan Islam di sana, yang sebelumnya tidak pernah saya saksikan di beberapa lembaga lain. Bagaimana para penghuninya menghormati tamu, sungguh mengesankan. Belum lagi melihat para awak yang senantiasa menjaga keistiqomahan dalam menunaikan shalat jama’ah dan shalatul lail (tahajjud), menjadi daya pengikat tersendiri. Pemandangan semacam inilah yang membuat hatiku berbunga-bunga, dan mendesakkan hati untuk segera berbabung. Selain itu, dulu, di era Orde Baru (Orba) yang sangat otoriter ditambah kejaman Orba, rekayasa intelijen kepada umat Islam yang sangat kasar, membuatku merasa enggan untuk mendaftarkan diri menjadi PNS. Setelah tiga bulan aktif, saya memutuskan untuk mengakhiri masa lajang, maka nikahlah aku dengan seorang wanita asal Surabaya, yang notabenya adalah teman kuliah. Sambil menikmati bulan madu, aku mulai aktif di lembaga dakwah. Berbagai amanah pernah saya emban, mulai dari wakil kepala sekolah (Waka), bendahara Yayasan, dan berbagai amanah lain. Apapun yang diamanahkan oleh lembaga kepadaku, dengan sekuat tenaga akan aku lakukan dengan sebaik-baiknya. Merintis Bisnis Ditengah-tengah kesibukan sebagai aktivis dakwah, pada 1998, aku memberanikan diri untuk terjun di dunia enterpreunership (kewirausahaan). Dan bisnis yang menjadi incaran adalah jual-beli beras dari desa ke kota. Bisnis ini aku pilih, karena memang pada saat itu, pasar Surabaya sedang membutuhkan asupan beras yang tinggi. Peluang inilah yang aku baca, kemudian terjun di dalamnya. Adapun daerah asal penyuplaian, saya pilih Bojonegoro karena kabupaten ini merupakan salah satu penghasil beras terbanyak di Jawa Timur (Jatim). Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Hanya dalam waktu satu tahun, aku mampu meraih keuntungan yang cukup besar. Aku telah mampu mengontrak rumah yang lumayan megah. Mobil tidak hanya satu, aku beli tiga sekaligus. Bila dikalkulasi, omzetku saat itu, mampu mencapai 25 ton, tiap bulannya. Padahal, jujur, modal yang saya gunakan untuk memulai bisnis ini hanya keberanian. Tak sepeser pun uang saya keluarkan untuk memulai bisnis ini. Bukan karena apa-apa, tapi memang tidak ada. Saya datang ke Bojonegoro menemui salah satu juragan beras di sana, kemudian menjelaskan prihal bisnis yang sedang saya rancang. Ia menyetujui untuk menjadi mitra kerja. Pada awal pengiriman, dia hanya memberikan 3 ton. Lambat-laun, setelah mengetahui perkembangan bisnis ini sangat masif, beliau pun akhirnya berani mengirim seberapapun jumlah yang saya butuhkan. Bisnis ini terus berjalan dengan lancar, hingga memasuki tahun 2001. karena begitu mudahnya rizki hinggap ke pangkuanku, maka sempat timbul sifat arogansi (sombong) dalam diri. Pernah pada suatu saat, aku hampir ‘ketiban durian jatuh’. Uang sebesar Rp 2,2 Milyar hampir aku dapat namun akhirnya lenyap. Padahal, bisa dikatakan uang tersebut tinggal sejengkal saja menjadi hak milik saya. Usut punya usut, mungkin, penyebabnya karena kesombonganku. Ceritanya, ketika mengetahui akan mendapat rizki nomplok, aku berkata ke pada istriku, “Bu, lihatlah, siapa diantara teman-temanku yang mampu mendapatkan uang Rp. 2,2 Milyar dalam umur semuda aku?” Maklunm kala itu, umurku masih 34 tahun. Tak disangka, kekotoran hati seperti itulah, rupanya, yang kemudian menjadi boomerang dan biang kehancuran bisnisku. Roda Berbalik Selain sifat takabbur yang pernah menyelinap di hati, aku merupakan orang yang paling sering ditipu oleh mitra bisnis. Meskipun aku telah berhati-hati dalam bertindak, tapi tetap saja penipuan itu berlanjut. Mungkin itu adalah salah satu bentuk teguran Allah kepadaku. Puncak dari penipuan itu terjadi pada tahun 2002. saat itu, tersebutlah P.T Pohon Mas dan Goldquest yang mengajak untuk berkerja sama dengan cara menanam saham. Setelah dijelaskan bagaimana sistem kerjanya, aku pun tertarik. Uang sebesar Rp 50 juta, aku serahkan langsung tanpa curiga. Lalu apa yang terjadi? Ternyata itu hanyalah modus penipuan. Maka lenyaplah uang itu entah-brantah. Mulai dari sinilah bisnisku macet. Untuk menutupinya, mobil aku jual, selain itu aku pun berusaha mencari pinjaman ke teman-teman. Karena tidak mencukupi, maka akhirnya aku putuskan untuk meminjam di beberapa Bank seperti; BRI, BNI, Niaga, Permata. Gali lobang untuk tutup lobang. Aku benar-benar menjadi orang yang terlilit hutang. Bahkan, karena tidak mampu lagi membayar kontrakan rumah, aku dan keluarga harus menumpang di rumah mertua. Tiga tahun kondisi memprihatinkan tak juga berlalu. Di tengah kekalutan itu, ada kabar yang mengagetkan bahwa rumah yang kami tempati itu akan dijual oleh mertua. Ibaratnya, sudah jatuh tertimpa tangga. Aku tak bisa berfikir lagi, mau dibawa kemana keluarga saya ini?. Meskipun saya punya banyak famili, tapi aku tidak akan melibatkan mereka dalam kasus ini. Singkat cerita, rumah mertua akhirnya terjual seharga Rp. 130 Juta. Dari hasil penjualan, bapak (mertua) memberi kami Rp. 20 juta. Namun belum genap berumur satu minggu, uang itu sudah ludes untuk mencicil hutang-hutangku yang menumpuk. Istriku menangis, sebab, sedianya uang itu akan kamu gunakan untuk mengontrak rumah. Tapi, apalah daya, si-pengutang terus berdatangan menagih. Di tengah kekalutan, aku datangi temanku. Aku sampaikan permasalahanku dan aku utarakan bahwa saat ini aku sedang butuh kontrakan. Melalui perantaranyalah aku dipertemukan dengan seorang pemilik rumah. Setelah bertemu si-empunya, aku dibingungkan dengan uang kontrakan yang mencapai Rp 16 juta yang tak mungkin kumili. (sebelumnya, rumah ini ada yang ingin mengontrak sebesar Rp. 36 juta), Lallahu’alam, Karena kelembutan hatinya, kami dipersilahkan menempati rumah tersebut. Sebagai ganti, aku diminta untuk bekerja dengannya. Rumah berukuran 9x10 meter persegi itulah, yang sejatinya bekas kantor, akhirnya menjadi tempat kami sekeluarga bernaung hingga saat ini. Allahuakbar! Puji syukur ku terus kuucapkan kepada Allah yang telah memudahkan segala urusanku. Membangun Strategi Setelah mendapat tempat tinggal yang pasti, saya mencoba menata ulang kehidupan. Aku melamar untuk menjadi agen sebuah majalah Islam. Al-hamdilillah diterima. Pelangganku juga lumayan banyak. Untuk majalah, berkisar 30 orang, buletin 50. Selain itu, aku juga berjualan kecil-kecilan. Karena pernah aktif di sebuah lembaga zakat, akupun ditawari untuk menjadi konsultan seuah lembaga zakat. Selain disibukkan dengan urusan di atas, aku juga diamanahi untuk merintis badan ‘amil zakat. Melalui aktivitas-aktivitas inilah, aku bisa kembali bangkit dari sebelumnya. Bahkan, pada bulan Oktober tahun lalu, rumah yang kami (yang semula kontrak telah resmi jadi milik kami). Karena aku telah membelinya seharga Rp 180 juta. Mungkin ada yang bertanya, mengapa saya mampu menanggung beban seberat ini?dan mampu kembali bangkit?. Jawabannya mungkin satu. Dalam menjalani kehidupan, aku memiliki satu prinsip yang membuatku teguh dan tak mudah runtuh. “Tidak ada jalan buntu selama kita pasrahkan semua urusan kepada Allah.” Sekalipun saat itu saya tidak memiliki sepeser uang, tetapi dengan prinsip itu, Allah senantiasa memperkuat diriku untuk mampu menghadapi ujian demi ujian. Sebagai gambaran betapa mujarabnya prinsip tersebut, pernah pada bulan suci Ramadhan, kami kebingungan untuk membayar zakat fitrah. Uang yang kami punya tidak cukup untuk memenuhi kewajiban itu. Namun alhamdulillah, tanpa disangka-disangka, Allah memberi rizki kami melalui salah satu sahabatku. Sangat luar biasa. Saya senantiasa berpesan kepada Anda, mulai saat ini, libatkanlah Allah dalam setiap urusan kita. InsyaAllah, semuanya akan terasa lebih mudah. [Robin Sah/cha/www.hidayatullah.com] jadi jangan selalu mengeluh yach....ibarat orang bilang banyak jalan menuju roma jadi banyak jalan pula yg bisa ditempuh tuk satu tujuan agar selamat sampai tujuan yang kita tuju....silahkan saling berbagi dalam bentuk tag dan bantu sesama teman yang membutuhkan....salam santun penuh damai....(^_^) by:shalsyabela... ----
Senin, 19 Maret 2012 0 komentar
Untuk uhti yang sholehah


Bismillahirrahmanirrahiim...

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


♥♥ Saudariku…
Yang tengah menanti datangnya tambatan hati,
Ijinkanlah saya berbagi dalam goresan tulisan ini…
Jika menurut teman-teman, baik… maka ambillah…
dan jika menurut teman-teman, buruk… maka tinggalkanlah…

♥♥ Saudariku… Muslimah…
Wanita muslimah… laksana bunga… yang menawan…
Wanita muslimah yang sholehah… bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai Harganya…
Begitu indah…
Begitu berkilau…
Begitu menentramkan...
Begitu menyejukkan…
Teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut…

Namun tentunya… tak sembarang orang berhak meraihnya… menghirup sarinya…
Hanya yang dia yang benar-benar terpilihlah… yang dapat memetiknya…
Yang dapat meraih pesonanya…
Dengan harga mahal yang teramat suci…
Sebuah ikatan amat indah… bernama pernikahan…
Karena itu… sebelum saatmu tiba… sebelum orang terpilih itu datang dan Menggandengmu dalam istananya…

Janganlah engkau biarkan dirimu layu sebelum masanya…
Jangan kau biarkan serigala liar menjadikanmu bahan permainan dalam keisengannya…
Jangan kau biarkan kumbang berebutan menghisap madumu…
Jangan kau biarkan mereka mengintipmu diam-diam… dan menikmati pesonamu dalam kesendiriannya…
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh… atas nama ta’aruf… atas nama cinta…

Ya… atas nama cinta…
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh… atas nama ta’aruf… atas nama cinta

♥♥ Kau tau saudariku…??
Jika seseorang jatuh cinta… maka cinta akan membungkus seluruh aliran darahnya… Membekuknya dalam jari-jarinya… dan menutup semua mata… hati dan pikirannya…

Membuat seseorang lupa akan prinsipnya…
Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan - akhwat…
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan…
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat…
Membuat seseorang menyerahkan apapun… supaya orang yang ia cintai… ”bahagia” atau ridha terhadap apa yang ia lakukan…
Membuat orang tersebut lupa… bahwa… cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan…

♥♥ Ya saudariku… ukhty fillah…
Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya…
Karena itu… jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh… segeralah… buat sebuah benteng yang tebal… yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya

Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin…

Cinta begitu dasyat pengaruhnya… jika engkau tau…
Karena itu… jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh… segeralah… buat sebuah benteng yang tebal… yang kokoh…

Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya…
Berlarilah menjauhinya… menjauhi orang yang kau cintai…
Buat jarak yang demikian lebar padanya…
Jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu…

Biarlah air mata mengalir untuk saat ini…
Karena kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan…
Biarlah sakit ini untuk sementara waktu…
Biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan…
Karena… cinta tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita…
Kalian sendiri…

♥♥ Saudariku… tentunya sudah mengerti dan paham…
Bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta…
Jika dia jauh... kita merasa sakit karena rindu…
Jika ia dekat… kita merasa sakit… karena takut kehilangan…
Padahal… ia belum halal untukmu… dan mungkin tidak akan pernah menjadi yang halal…
Karena itu… jauhilah ia…

Jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih cinta di hatimu… dan kemudian mengusik hatimu…
Jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam kisah yang bernama cinta…
maka… bayangkanlah keadaan ini… tentang suamimu kelak…

♥♥ Sahabatku…
Sukakah engkau...??
Apabila saat ini ternyata suamimu (kelak) sedang memikirkan wanita yang itu bukan engkau...???
Sukakah engkau...??
Bila ternyata suamimu (kelak) saat ini tengah mengobrol akrab… tertawa riang… becanda…
Saling menatap…
Saling menggoda…
Saling mencubit…
Saling memandang dengan sangat…
Saling menyentuh…???
dan bahkan lebih dari itu…??
Sukakah engkau saudariku…??
Sukakah engkau bila ternyata saat ini suamimu (kelak) sedang jalan bersama gadis lain yang itu bukan engkau…??
Sukakah engkau…??

Bila saat ini suamimu (kelak) tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya…??
Tengah disibukkan oleh rencana-rencana… apa saja yang akan ia lakukan bersama gadis itu…??
Tidak cemburukah engkau temanku...??
Bila saat ini suamimu (kelak) sedang makan bareng bersama gadis lain… atau bahkan segerombolan gadis lain...?
Suamimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh gadis-gadis...
Suamimu (kelak) sedang ditelepon dengan mesra…
Suamimu (kelak) saat ini sedang dicurhatin gadis-gadis… yang berkata… “aku tak bisa jika sehari tak mengobrol dengamu…”
Tidak cemburukah…?? tidak cemburukah…?? tidak cemburukaaaaahhhhhhhh…???
tidak terasa bagaimanakah..??

Jika suamimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan…
Bercengkrama...
Bercerita tentang masa depannya…
Dengan gadis lain yang bukan engkau…???
Sukakah engkau kiranya suamimu (kelak) saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan gadis tersebut…??
Menangis untuk gadis tersebut…??
Dan berkata dengan hati hancur… “aku sangat mencintamu… aku sangat mencintaimu…???”
Tidak patah hatikah engkau…???
Sukakakah engkau bila suamimu (kelak ) berkata pada gadis lain... “tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau…??”
Menyebut gadis tersebut dalam do’anya…
Memohon pada Allah supaya gadis tersebut menjadi istrinya…
Dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi istrinya… dan bukan gadis tersebut…???
Jika engkau tidak suka akan hal itu…
Jika engkau merasa cemburu…
Maka demikian halnya dengan suamimu (kelak)…
Dan… Allah jauh lebih cemburu daripada suamimu…

♥♥ Allah lebih cemburu… saudariku…
Melihat engkau sendirian… namun pikirannmu enggan berpindah dari laki-laki yang telah mengusik hatimu tersebut…
Saudariku… kalian percaya takdir bukan...?
Saudariku... kalian percaya takdir bukan...?
Apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama…

Maka…
Sejauh apapun mereka…
Sebanyak apapun rintangan yang menghalangi…
Sebesar apapun beda diantara mereka…
Sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya…
Meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya…
Meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya…
Meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa…
PASTI tetap saja mereka akan bersatu….
Seakan ada magnet yang menarik mereka…
Seakan ada hal yang datang… untuk menyatukan mereka berdua…
Seakan ada suatu kejadian… yang membuat mereka saling mendekat… dan akhirnya bersatu…

Namun…
Apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh…

Maka…
Sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat…
Sekeras apapun upaya orang disekitar mereka untuk menyatukannya…
Sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua…
Sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya…
Sedekat apapun…

Pasti… akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh…
Ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok…
Ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik…
Ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu…
Bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan…

Namun… yang perlu dicatat disini adalah…
Yakinlah… bahwa yang diberikan oleh Allah…
Yakinlah… bahwa yang digariskan oleh Allah…
Yakinlah… bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya...
Adalah… yang terbaik untuk kita….
Adalah… yang paling sesuai untuk kita…
Adalah… yang paling membuat kita merasa bahagia,,,

Karena...
Dialah… yang paling mengerti kita… lebih dari kita sendiri…
Dialah… yang paling menyayangi kita…
Dialah… yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita…

Sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya… dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita…
Dan… yang perlu kita catat juga adalah…

♥ JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA INGINKAN… ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA… NAMUN JUSTRU SEBALIKNYA, BAHWA… KITA PANTAS… KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI HAL TERSEBUT…
KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK… SAUDARIKU…
LEBIH BAIK… YA, LEBIH BAIK… YAKINLAH…! ♥

Meskipun saat ini… mata manusia kita tidak memahaminya…
Meskipun saat itu… perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata…
Meskipun saat itu… otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk…
Tidak… jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk… bahwa engkau tidak pantas…
Karena kelak… engkau akan menyadarinya…
Engkau akan menyadarinya perlahan… bahwa apa yang telah hilang darimu… bahwa apa yang tidak engkau dapatkan… bukanlah yang terbaik untukmu… bukanlah yang pantas untukmu… bukanlah sesuatu yang baik,,, untukmu…

♥♥ Karena itu… saudariku…
Jangan mubazirkan tenagamu…, waktumu…, perasaanmu…, air matamu…
Jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses ta’arufan…
Jangan kau umbar semua kekuranganmu… jangan kau ceritakan semuanya…
Jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya… jika engkau mencintainya…
Karena belum tentu dia adalah jodohmu…
Pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa cocok…
Karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian…

Maka… memohonlah pada-Nya…
Mintalah padanya diberikan petunjuk… dan dijauhkan dari segala godaan yang ada…
karena… cinta sebelum pernikahan… pada hakekatnya adalah sebuah cobaan yang berat…

Apakah kalian sering merasa takut…??? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
Kemudian saudariku…
Apakah kalian sering merasa takut…??? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
Apakah kalian merasa khawatir…???
Apakah kalian sering merasa iri melihat gadis-gadis lain yang memiliki banyak lelaki yang mencintai… banyak yang melamar… banyak yang menginginkannya…???

Pernahkan terlintas rasa iri tersebut pada kalian…???
Atau sekedar ungkapan… “hmm… enak ya... kamu… punya banyak temen laki-laki…”
“hmm... kamu sih enak… banyak yang mau… tinggal milih…?”

♥♥ Saudariku… ketahuilah…
Kelak… kita hanya akan memiliki satu orang suami…
Hanya satu saudariku… atau kadang lebih… jika cerai dan menikah lagi… namun saat yang bersamaan… kita hanya akan punya satu suami bukan,,,???
Jadi seberapa banyak pun laki-laki yang menyukai kita...
Seberapa banyak teman laki-laki kita…
Seberapa banyak kenalan kita….
Pada akhirnya kita hanya akan menikah dengan satu orang laki-laki…

Pada akhirnya kita hanya akan jadi milik satu orang laki-laki…
Dan… percayalah… semua itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan… banyak sedikitnya teman laki-laki
Sama sekali tidak…
Karena jika wanita yang terjaga maka Allah-lah yang akan mengirimkan pendamping untuknya…
Karena wanita yang terjaga adalah wanita yang banyak didamba oleh seorang ikhwan sejati…
Jadi… jagalah dirimu… hatimu… kehormatanmu...
Sebelum saatnya tiba…
Perbanyak bekalmu… dan doamu…
Yakinlah… bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu…
Aamiin…

♥ Ya Allah… karuniakanlah kami seorang suami yang sholeh…
♥ Yang menjaga dirinya…
♥ Yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya…
♥ Yang senantiasa memperbaiki dirinya…
♥ Yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah…
♥ Yang baik akhlaknya…
♥ Yang menerima kami apa adanya…
♥ Yang membimbing kami dengan lemah lembut…
♥ Yang akan membawa kami menuju Jannah-Mu Ya Rabb…
Kabulkan ya Allah…
0 komentar
Apa itu Tomcat?

1. Dikenal dgn nama ilmiah kumbang rove, hewan semacam semut besar, bersayap, dgn warna belang2 hitam dan merah...

2. Racunnya 12 kali lebih mematikan daripada bisa ular cobra. Jika merayap di handuk, baju, sprei ato bahkan lantai rumah harus segera dibersihkan dgn air dan sabun, karena pd saat merayap saja dia sudah mengeluarkan toksin melalui kulit tubuhnya. Kalau sadar kulit anda kena Tomcat segeralah dicuci pake sabun, jgn dikasih odol, minyak kayu putih, balsem, minyak tawon, krn hslnya akan memperparah... Kulit yg terkena toksin tomcat akan merah meradang mirip herpes tapi tak sama... Herpes diserta nyeri di syaraf anggota tubuh yg kena, misal tgn kiri kena herpes, maka syaraf2 bagian kiri akan nyeri, klo toksin tomcat tdk sprti itu, hanya mrh meradang disertai nanah bintik kecil2.

3. Obatnya salep dan antibiotik, biasanya hydrocortisone 1% atau Salep betametasone+antibiotik neomycin sulfat-3xsehari atau Salep Acyclovir 5%, lbh jlsnya tnya apoteker ato silahkan langsung ke dokter umum ato kulit, jgn lp blng klo kena tomcat agar dokter tdk slh beri obat herpes..

4. Bekas luka jangan terkena sinar matahari krn akan menyebabkan warna kulit menghitam dan lama utk dihilangkan..

5. Klo ketemu tomcat jgn sekali2 mematikan/memukul dgn tangan krn akan terkena toksin..pukul dgn sandal ato batu ato brg2 krs lainnya..Pkknya jgn lgsg brsentuhan dgn tomcat.. Sangat bahaya...
 
Kamis, 09 Februari 2012 0 komentar

 Nb:harus di baca sampai selesai atau tidak sama sekali

Sebuah proposisi sederhana menyatakan bahwa Islam adalah sebuah sistem keyakinan yang mengklaim kebebaasan bagi manusia, terlepas dari jenis kelamin, ras, budaya, dan lain sebagainya. Tetapi, kita lihat dalam sejarahnya, di tempat-tempat di mana Islam menjadi agama yang dominan seringkali masyarakatnya kurang menghargai kebebasan. Baik kebebasan berpikir, berpendapat atau kebebasan yang lainnya. Pasca teori Francis Fukuyama “The End of History” dan diikuti oleh teori Samuel Huntington “The Clash of Civilization”, Islam dipandang sebagai satu kutub yang penting mengimbangi ideologi atau kontra Liberalisme. Berkenaan dengan isu kebebasan yang diusung oleh kaum liberal, di sini saya ingin mengajukan pertanyaan tentang apa korelasi agama dan kebebasan? Apakah agama harus lebih diutamakan atas kebebasan? Atau sebaliknya, kebebasan adalah pokok dan agama adalah cabangnya?
Tentang isu Islam yang dinubuatkan Fukuyama dan Huntington sebagai kutub ideologi yang menentang Liberalisme akan kita bahas pada kesempatan mendatang dalam bentuk tulisan runut. Sebagai bahan perbandingan dan telaah, silahkan Anda membaca artikel terkini “Melacak Akar dan Manifesto Liberalisme” di site ini.
Adapun tentang isu kebebasan dan agama keduanya merupakan isu yang senantiasa menjadi pembahasan oleh agama-agama semenjak dahulu. Sebagian orang beranggapan bahwa kebebasan adalah akar dan fondasi sehingga harus lebih diutamakan atas segala sesuatu, termasuk agama. Karena menurut anggapan mereka, jika kita menganggap agama sebagai akar segala sesuatu dan kebebasan diletakkan setelah agama, dengan memeluk salah satu agama kita tidak akan pernah merasa bebas. Dan memeluk agama, yang menjadi kebebasan manusia lainnya, akan bernilai dan dapat mendulang ganjaran jika hal itu dilakukan dalam suasana bebas dan sesuai dengan kemauannya.
Dengan demikian, jika posisi kebebasan diletakkan setelah agama, ini berarti ketika memeluk agama, kita tidak memilih hal tersebut dengan bebas. Dan akibatnya, perilaku kita dalam memeluk agama tersebut tidak didasari oleh ikhtiari. Padahal memilih untuk memeluk agama harus berlangsung bebas dan iman sebagai sebuah perilaku yang bersifat ikhtiari dan memiliki akar dalam kalbu manusia, tidak layak dipaksakan atas seseorang.
Atas dasar ini, Allah Swt berfirman:
”Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Dan (jalan) petunjuk dan kesesatan sudah jelas.”
Oleh karena itu, kebebasan adalah pokok dan (harus) lebih diutamakan atas agama.” Dan pada hakikatnya, agama akan berarti jika dinaungi dengan kebebasan.
Dengan demikian, karena agama dilahirkan dari kebebasan, agama itu tidak berhak untuk membatasi kebebasan. Hal itu dikarenakan oleh (sebuah realita bahwa) sesuatu yang bersifat cabang tidak mungkin (dapat) membatasi pokok dan asal-muasalnya. Karena dengan itu, ia akan memusnahkan kredibilitas dirinya.
Atas dasar ini, orang-orang yang hidup di dalam lingkungan beragama, mereka memiliki kebebasan yang tak terbatas, dan hukum-hukum agama tidak berhak untuk membatasainya.
Sebagian argumentasi di atas benar dan sebagian lainnya hanyalah sebuah bentuk fallasi belaka yang dengan sedikit perenungan, wajah aslinya akan tampak.
Bagian pertama argumentasi di atas berasumsi bahwa memeluk agama harus didasari oleh kebebasan (dari pemaksaan), dan hal ini didukung oleh ayat al-Qur’an yang berfirman, “Tiada paksaan dalam beragama” adalah sebuah persepsi yang benar. Adapun bagian keduanya yang berasumsi bahwa setelah memeluk agama pun kebebasan yang harus dihormati dan hukum-hukum agama tidak berhak utnuk mengikatnya hanyalah sebuah fallasi (mughâlathah) belaka.
Demi memperjelas pembahasan, harus diperhatikan bahwa dua fase pembahasan mengenai kebebasan telah dicampur-adukkan menjadi satu dalam argumentasi di atas : pertama, fase kebebasan sebelum memeluk agama, dan kedua, fase setelah memeluk agama. Kebebasan yang merupakan syarat utama sebuah hak memilih berada di urutan sebelum memilih sebuah agama, dan dengan tiadanya kebebasan ini, tidak akan terjadi sebuah pemilihan yang bebas. Akan tetapi, kebebasan setelah memeluk agama, harus direalisasikan dalan ruang lingkup konstitusi agama tersebut.
Dengan kata lain, setelah seseorang memeluk agama dengan bebas dan atas dasar pilihannya sendiri, pada hakikatnya telah menerima dan mengamalkan segala hal yang berhubungan dengan agama tersebut, baik yang berkaitan dengan prinsip dan cabangnya. Dengan ini, sebenarnya ia telah mempersembahkan dirinya di hadapan perintah dan larangan Allah Swt.
Hal ini sebenarnya sering terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Umpamanya, setiap orang bebas mendaftarkan diri menjadi tentara atau polisi. Akan tetapi, begitu mereka diterima menjadi tentara dan polisi serta memahami undang-undang yang berlaku di dalam dua angkatan tersebut, mereka tidak berhak untuk melanggar undang-undang tersebut dan mengambil keputusan sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
Kadang-kadang supaya fallacy ini dapat lebih diterima oleh masyarakat ramai, mereka memolesnya dengan warna agama dan menjadikan beberapa ayat al-Qur’an sebagai penguat ideologi mereka. Seperti ayat-ayat berikut ini:
“Engkau (Muhammad) tidak berhak untuk berkuasa atas mereka”.
“Kami tidak menjadikanmu sebagai penjaga (amalan-amalan) mereka dan engkau bukanlah wakil mereka”.
“Rasulullah Saw tidak (memiliki tugas) selain menyampaikan (misi Allah)”
“Kami telah menunjukkan kepadanya jalan kebenaran. Sekarang terserah dia apakah ia bersyukur atau mengingkari”.
Barangsiapa ingin (beriman), maka berimanlah, dan barangsiapa ingin (kafir), kafirlah”.
Mereka dengan bersandarkan kepada ayat-ayat tersebut meneriakkan slogan-slogan kebebasan seakan-akan mereka lebih prihatin terhadap kebebasan umat manusia daripada Allah. Akan tetapi, merela lupa bahwa di samping ayat-ayat tersebut di atas, masih terdapat ayat-ayat lain yang berfirman, “Jika Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan sebuah perkara, maka tak seorang pun dari Mukmin laki-laki dan wanita yang memiliki pilihan dalam urusan mereka”. Atau ayat yang berbunyi, “Nabi Saw lebih utama terhadap mukminin daripada diri mereka sendiri”.
Dalam menafsirkan ayat tersebut di atas, mayoritas penafsir memiliki pandangan bahwa pendapat Rasulullah Saw lebih utama daripada pendapat orang lain. Jika beliau telah mengambil sebuah keputusan, maka mereka tidak berhak untuk menentangnya.
Jika kita pandang sekilas, sepertinya terdapat kontradiksi antara kedua kelompok ayat tersebut di atas. Akan tetapi, orang yang mengenal (metode) al-Qur’an dan meneliti konteks (qarînah sebelum dan sesudah ayat-ayat kelompok pertama, ia akan memahami bahwa ayat-ayat tersebut tidak memiliki hubungan dengan masalah kebebasan sehingga harus kontradiktif dengan ayat-ayat kelompok kedua. Ayat-ayat kelompok pertama itu hanya bertujuan untuk membesarkan hati dan menghibur Rasulullah Saw. Karena sebagai manifestasi rahmat Ilahi, beliau sangat sedih, risau dan prihatin ketika melihat umat manusia tidak menerima Islam sehingga sedimikian – karena kesedihan dan keprihatinannya ini – seolah-olah beliau ingin membinasakan diri sendiri.
Untuk menghibur Nabi Saw, Allah berfirman, “Seakan-akan engkau (karena mereka enggan beriman) ingin membinasakan dirimu sendiri”. Dengan ini, Allah menurunkan ayat-ayat kelompok pertama demi menenangkan hati beliau.
Atas dasar ini, pandangan yang menyatakan bahwa jika agama kontradiktif dengan kebebasan, maka agama yang harus dikorbankan, tidak memiliki sandaran al-Qur’an sama sekali. Ayat-ayat kelompok pertama tidak dapat dijadikan sandaran bagi statemen mereka, karena penafsiran mereka (terhadap ayat-ayat tersebut) adalah salah satu contoh praktik tafsîr bir ra`yi.
Sumber: Wisdoms4all
0 komentar

Islam adalah agama yang realistis. Secara leksikal, kata “Islam” sendiri berarti tunduk, patuh, menerima. Ini menunjukkan bahwa syarat pertama menjadi seorang Muslim adalah menerima realitas dan kebenaran. Islam menolak setiap sikap keras kepala, prasangka, taklid buta, berat sebelah dan egoisme. Islam memandang semua itu bertentangan dengan realitas dan pendekatan realistis terhadap kebenaran. Menurut Islam, orang yang mencari ke¬benaran lalu menemui kegagalan dapat dimaafkan. Kalau kita secara membuta, keras kepala, dan angkuh, atau karena keturunan menerima sesuatu sebagai kebenaran, maka menurut Islam, apa yang kita lakukan itu tak ada nilainya. Seorang Muslim sejati mesti dengan gairah menerima kebenaran di mana pun ia mendapatkannya. Sejauh menyangkut menuntut ilmu, seorang Muslim tidak selayaknya apriori atau bersikap berat sebelah.
Upaya manusia mendapatkan ilmu dan kebenaran tidak hanya berlangsung pada masa tertentu dalam hidupnya, tidak pula hanya dalam wilayah terbatas. Dia juga tidak menuntut ilmu dari orang tertentu. Nabi SAW bersabda bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Beliau juga meminta kaum Muslimin agar menerima ilmu sekalipun dari seorang penyembah berhala. Dalam sabda lain, Nabi SAW mendesak umatnya untuk menuntut ilmu sekalipun harus ke negeri Cina. Tidak cukup sekedar itu, beliau bahkan menekankan, “Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai liang lahat.” Maka, memahami suatu persoalan secara parsial dan dangkal, secara membuta mengikuti orang-orang tua, dan menerima tradisi turun-temurun tidaklah logis, karena semua ini bertentangan dengan semangat tunduk di hadapan kebenaran. Oleh karena itu, Islam mengecamnya dan menganggapnya sebagai penyesatan.
Unsur realistis ini juga tampak jelas pada wujud manusia. Ia adalah makhluk realistis. Sebagai bayi yang baru lahir, sejak detik-detik pertama dari kehidupannya, ia telah mencari-cari susu ibunya sebagai realitas. Secara berangsur-angsur tubuh dan jiwa bayi ini berkembang sedemikian sehingga dia dapat membedakan antara dirinya dan sekitarnya. Kendatipun kontak bayi dengan sekitarnya terjadi melalui serangkaian pengetahuannya, namun dia tahu bahwa realitas sekitarnya itu berbeda dengan realitas pengetahuannya yang berfungsi hanya sebagai perantara.

Ciri-ciri Khas Dunia

Realitas sekitar itu yang dapat ditangkap oleh manusia melalui daya inderanya, dan itu yang lalu disebut dengan dunia. Realitas dunia ini memiliki sifat-sifat khas integral sebagai berikut:
1.  Terbatas
Segala yang dapat ditangkap oleh indera, dari partikel yang paling kecil sampai benda yang paling besar, pasti terbatas ruang dan waktunya. Apa pun dari realitas dunia ini tidak dapat eksis di luar batas-batas ruang dan waktunya. Benda-benda tertentu menempati ruang yang lebih besar dan masanya lebih panjang, sementara sebagian benda lain menempati ruang yang lebih kecil dan masanya lebih pendek. Namun pada prinsipnya, benda-benda itu terbatas ruang dan waktunya.

2.  Berubah

Segala sesuatu berubah dan tidak tahan utuh. Keadaan segala yang dapat ditangkap oleh indera dari dunia ini tidak statis dan tidak berhenti. Kalau mereka tidak berkembang, maka akan rusak. Benda materiil yang dapat ditangkap oleh indera, sepanjang masa eksistensinya, selalu mengalami perubahan sebagai bagian dari realitasnya. Kalau suatu wujud materiil itu tidak memberi sesuatu, maka ia menerima sesuatu, atau memberi sekaligus menerima. Dengan kata lain, kalau ia tidak menerima sesuatu karena realitas benda-benda lain dan tidak menambahkan sesuatu itu pada realitasnya sendiri, maka ia memberikan sesuatu karena realitasnya atau menerima sekaligus memberi. Alhasil, di dunia ini, tidak ada yang tetap dan statis. Ini adalah ciri dasar apa saja yang ada di dunia ini.
3.  Determinasi
Sifat khas lain dari benda-benda indrawi adalah determinasi. Kita dapati bahwa semua benda-benda itu determinatif dan ditentukan. Dengan kata lain, eksistensi masing-masing ditentukan oleh dan bergantung pada eksistensi benda yang lain. Tidak ada yang dapat eksis jika benda-benda lainnya tidak eksis. Kalau dengan saksama kita perhatikan realitas benda-benda materiil, ternyata banyak catatan “jika” yang menjadi syarat eksistensinya. Tak dapat ditemukan satu benda materiil yang bisa eksis tanpa syarat dan tanpa ketergantungan pada benda lain. Eksistensi segala sesuatu tergantung pada eksistensi sesuatu yang lain, dan eksistensi sesuatu yang lain juga tergantung pada eksistensi sesuatu yang lainnya lagi, dan begitu seterusnya.
4.  Bergantung
Eksistensi segala sesuatu tergantung pada terpenuhinya banyak syarat. Eksistensi masing-masing syarat ini tergantung pada ter¬penuhinya sekian syarat yang lain. Tak ada sesuatu yang dapat eksis dengan sendirinya, yakni tak ada syarat untuk eksistensinya. Dengan demikian, ihwal bergantung merupakan sifat esensial segala yang ada.

5.  Relatif

Eksistensi dan kualitas segala sesuatu di dunia ini relatif. Kita menilai sesuatu itu besar, kuat, indah, tahan lama dan bahkan ia itu ada, namun penilaian kita ini dalam bandingannya dengan benda-benda lain. Saat kita katakan, misalnya, matahari itu sangat besar, maksud kita adalah bahwa matahari itu lebih besar daripada bumi dan planet lain dalam sistem tata surya kita. Kalau tidak, sesungguhnya matahari ini sendiri lebih kecil daripada banyak bintang. Juga, ketika kita mengatakan bahwa kapal atau binatang tertentu hebat, kita membandingkannya dengan manusia atau sesuatu yang lebih lemah daripada manusia.
Bahkan eksistensi sesuatu itu komparatif. Bila kita bicara soal eksistensi, kesempurnaan, kearifan, keindahan, atau kekuatan, berarti kita mempertimbangkan tingkat lebih rendah dari kualitas itu. Kita selalu dapat mengasumsikan tingkatannya yang lebih tinggi juga, dan kemudian tingkatan lebih tinggi yang berikutnya. Setiap kualitas dalam perbandingannya dengan tingkatannya yang lebih tinggi berubah menjadi sebaliknya. Eksistensi menjadi non-eksistensi, sempurna berubah menjadi tidak sempurna. Juga, kearifan, keindahan, keagungan dan kehebatan masing-masing berubah menjadi kebodohan, keburukan dan kehinaan.
Berbeda dengan ruang lingkup indera, daya pikir manusia memiliki ruang lingkup yang tidak sebatas hal-hal lahiriah, namun juga sampai kepada apa yang ada di balik layar realitas materiil. Ini menunjukkan bahwa realitas itu bukan semata-mata apa saja yang kasat indera, terbatas, berubah, relatif dan tergantung itu.

Realitas Mutlak

Jadi realitas-realitas yang kita lihat, tampaknya dan pada umumnya, ada tidak dengan sendirinya. Mereka semua bergantung. Karena itu, tentu ada satu Realitas yang abadi, tak-bersyarat, mutlak, tak terbatas, dan selalu ada di balik segenap realitas itu. Segala sesuatu bergantung pada Reallitas Mutlak ini. Kalau tidak demikian, maka tidak mungkin ada realitas seperti Dia. Atau dengan kata lain, tidak akan ada yang eksis; sama sekali.
Al-Qur’an menerangkan bahwa Allah ada secara mandiri dan tak-bergantung. Ia mengingatkan bahwa segala yang ada, yang tergantung dan relatif itu, membutuhkan adanya suatu Realitas yang ada dengan sendiri-Nya untuk menopang eksistensi mereka. Allah ada dengan sendiri-Nya dan apa saja selain Dia pasti bergantung pada-Nya. Allah sempurna, karena segala sesuatu itu tidak ada pada diri mereka, maka mereka bergantung pada Realitas yang menutupi ketidakadaan tersebut dengan eksistensi.
Al-Qur’an menggambarkan segala sesuatu sebagai “tanda” atau “ayat”. Dengan kata lain, pada gilirannya segala sesuatu merupakan ayat dari Realitas Yang tak terbatas wujud, ilmu, kuasa, dan kehendak-Nya. Menurut Al-Qur’an, alam semesta laksana sebuah kitab yang dicipta oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan kata di dalamnya merupakan tanda kearifan penulisnya. Dari sudut pandang Al-Qur’an, semakin orang tahu realitas segala sesuatu, dia semakin mengenal kearifan Allah, kuasa dan rahmat-Nya.
Dari satu sudut, setiap ilmu alam (maksudnya adalah ilmu yang digunakan untuk mengkaji dunia fisis, misalnya, fisika, kimia, biologi, geologi, botani—pen.) merupakan cabang dari kosmologi. Dari sudut lain dan dengan cara melihat sesuatu secara lebih mendalam, setiap ilmu alam merupakan uraian dari pengetahuan akan Allah. Dalam Al-Qur’an, kita dapat menjumpai satu dari sekian ayat yang menegaskan konsepsi ini:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia di bumi itu sebarkan segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. al-Baqarah: 164)
Dalam ayat ini, manusia diajak untuk memperhatikan kosmologi umum, industri pembuatan kapal, turisme beserta keuntungan finansialnya, meteorologi, asal-usul angin dan hujan, gerakan awan, biologi dan ilmu hewan. Al-Qur’an memandang perenungan tentang filosofi ilmu-ilmu ini adalah cara yang mengarah kepada pengenalan akan Allah.

Realitas Sempurna

Al-Qur’an mengatakan bahwa Allah memiliki segenap sifat kesempurnaan: Dialah yang memiliki Nama-nama yang terbaik. (QS. al-Hasyr: 24)
Dan bagi-Nyalah sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. (QS. ar-Rûm: 27)
Sebagaimana telah dipaparkan, Allah Mahahidup, Mahatahu, Maha Berkehendak, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Pemberi Petunjuk, Maha Pencipta, Mahaarif, Maha Pengampun dan Mahaadil. Dia memiliki segenap sifat yang mahatinggi. Allah bukanlah tubuh; juga bukan susunan. Dia tidak lemah. Dia tidak kejam.
Sifat-sifat kesempurnaan ini dapat disederhanakan pada dua macam: sifat positif, yakni sifat-sifat yang secara langsung menegaskan kesempurnaan Allah; dan sifat negatif, yaitu segala sifat yang menafikan dari Dzat-Nya apa pun  asumsi kelemahan, kekurangan dan ketaksempurnaan. Dua macam sifat Allah itu tampak dalam ungkapan kita. Kita senantiasa memuji dan menyucikan Allah. Memuji Allah berarti menyebut sifat positif-Nya. Dan menyucikan-Nya berarti menyatakan bahwa Dia bebas dari semua yang tidak patut bagi Dzat-Nya.

Realitas Yang Satu

Allah tidak berbanding dengan sekutu. Tak ada yang sama dengan-Nya. Pada dasarnya, mustahil ada yang sama dengan-Nya. Karena kalau begitu, akan ada dua Tuhan atau lebih; Dia tidak lagi satu. Dua, tiga atau lebih merupakan ciri khas pada sesuatu yang terbatas dan relatif.
Dalam kaitannya dengan wujud yang mutlak dan tak-terbatas, pluralitas tak lagi berarti. Misalnya, kita bisa punya satu anak. Juga bisa punya dua anak atau lebih. Kita juga bisa memiliki seorang teman, juga bisa memiliki dua teman atau lebih. Teman atau anak merupakan wujud yang terbatas. Dan wujud yang terbatas bisa diserupai oleh wujud lain yang jumlah juga bisa banyak. Ini sama sekali berbeda dengan wujud yang tak-terbatas; dia tidak mungkin berganda dan berlipat jumlahnya.
Pendekatan berikut ini, meskipun tidak memadai, dapat menambah kejelasan untuk masalah ini. Ada dua teori yang dirujuk oleh para untuk menafsirkan dimensi-dimensi alam materiil, yaitu dunia yang dapat kita lihat dan rasakan. Sebagian berpendapat bahwa dimensi-dimensi alam semesta ini terbatas. Dengan kata lain, alam ini punya titik akhir. Namun sebagian yang lain berpendapat bahwa pada dimensi-dimensi alam ini, tidak ada tengahnya, tidak ada awalnya, tidak ada juga akhirnya. Atas dasar teori keterbatasan alam materiil, timbul pertanyaan; apakah alam ini hanya ada satu atau lebih dari satu? Dan berdasarkan teori ketakterbatasan alam ini, asumsi adanya alam lain menjadi absurd dan tak masuk akal. Apa pun asumsi kita mengenai keberadaan alam lain, hanya menegaskan identisitas alam itu dengan alam ini, atau bagian darinya.
Pendekatan di atas ini berlaku pada alam materiil yang terbatas, bergantung dan diciptakan. Realitas alam ini tidak mutlak, tidak mandiri, dan tidak ada dengan sendirinya. Dan kendati tidak terbatas dari segi dimensi-dimensinya, alam ini tetap terbatas dari segi realitasnya. Kalau dimensi-dimensinya tidak terbatas, maka tidak dapat diasumsikan adanya alam lain.
Eksistensi Allah SWT tidak terbatas. Dia hanyalah Realitas Mutlak. Dia ada pada segala sesuatu. Dia ada dalam ruang dan waktu. Dia lebih dekat dengan kita ketimbang urat leher kita sendiri. Karena itu, mustahil ada sesuatu yang menyerupai Allah. Bahkan kita tak dapat mengasumsikan adanya wujud lain seperti Dia.
Kita melihat tanda-tanda kearifan Allah SWT ada di mana-mana. Kita melihat satu kehendak dan satu sistem yang mengatur segenap alam semesta. Itu menunjukkan bahwa pusat dunia ini satu; tidak lebih. Kalau saja ada dua Tuhan atau lebih, tentu ada dua kehendak atau lebih yang berlaku pada alam. Dan dua realitas atau lebih yang pusat mereka berbeda tentu akan eksis di segala sesuatu yang ada. Akibatnya, segala sesuatu menjadi dua atau lebih. Konsekuensi lgisnya, tidak akan ada yang eksis sama sekali. Inilah maksud ayat Al-Qur’an:
Sekiranya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. (QS. al-Anbiyâ’: 22)

Konsekuensi Praktis

Kesadaran kita akan Allah sebagai Realitas Esa, Sempurna, Pemilik sifat-sifat tertinggi, Suci dari apa pun kekurangan dan keterbatasan, dan—dalam hubungan-Nya dengan alam semesta—Dia sebagai Pencipta, Pengelola, Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Penyayang, akan menciptakan reaksi dalam diri kita. Reaksi ini apa yang kita sebut dengan menyembah.
Menyembah merupakan satu bentuk hubungan antara manusia dan Sang Pencipta. Hubungan ini adalah ketundukan,  pemujaan dan syukur. Hubungan seperti ini hanya dapat dilakukan oleh manusia kepada Penciptanya. Dan hubungan ini tidak mungkin dan terlarang bila dilakukan kepada selain Sang Pencipta, karena dengan mengenal Allah sebagai satu-satunya sumber eksistensi, Penguasa dan Pengelola segala sesuatu, kita menyadari tanggung jawab untuk tidak menjadikan makhluk sebagai sekutu-Nya dalam pemujaan kita. Al-Qur’an menegaskan bahwa hanya Allah sajalah yang harus disembah. Tak ada dosa yang lebih besar daripada menyekutukan-Nya.
Kini mari kita bahas apa ibadah itu dan hubungan seperti apa yang khusus bagi Allah dan tak dapat dilakukan dengan selain-Nya.

Makna Ibadah

Untuk menjelaskan makna ibadah dengan benar, perlu ditekankan dua pengantar ini:
1. Ibadah terdiri atas perkataan dan perbuatan. Perkataan terdiri atas serangkaian kata dan kalimat yang kita baca, seperti memuji Allah, membaca Al-Qur’an atau membaca zikir atau doa yang lazim dibaca ketika melakukan shalat, dan mengucapkan “Labbaik” dalam haji. Sedangkan ibadah perbuatan adalah seperti berdiri, rukuk dan sujud ketika menunaikan salat, tawaf mengitari Ka’bah dan berada di Arafah dan Mahsyar ketika haji. Kebanyakan perbuatan ibadah seperti: salat dan haji, terdiri atas perkataan dan perbuatan sekaligus.
2. Ada dua macam perbuatan manusia. Sebagian perbuatan tidak memiliki tujuan yang jauh. Perbuatan seperti ini dilakukan bukan sebagai simbol untuk sesuatu yang lain, melainkan dilaku¬kan untuk mendapatkan efek alamiahnya sendiri. Misalnya, seorang petani melakukan kegiatan bertani untuk mendapatkan hasil wajar dari kegiatannya itu. Kegiatannya tersebut dilakukan bukan sebagai simbol, bukan untuk mengungkapkan perasaan. Begitu pula dengan seorang penjahit yang melakukan kegiatannya. Ketika kita melangkah ke sekolah, yang ada dalam benak kita tak lain adalah sampai di sekolah. Dengan perbuatan ini kita tidak bermaksud mencapai tujuan lain atau makna lain.
Namun ada perbuatan yang kita lakukan sebagai simbol dari beberapa hal lain atau untuk mengungkapkan perasaan kita. Kita menganggukkan kepala sebagai tanda setuju, kita menunduk kepada seseorang sebagai tanda hormat kepadanya. Kebanyakan perbuatan manusia tergolong jenis pertama, dan hanya sedikit yang tergolong jenis kedua. Namun demikian, ada perbuatan yang dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kita atau untuk menunjukkan maksud lain. Perbuatan ini dilakukan sebagai ganti dari kata-kata untuk mengungkapkan maksud.
Berdasarkan dua hal di atas, dapat kita katakan bahwa ibadah, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan, merupakan aktifitas yang memiliki makna. Melalui dedikasinya, manusia mengungkapkan suatu kebenaran. Juga, melalui perbuatan seperti rukuk, sujud, tawaf dan seterusnya, manusia ingin menyampaikan apa yang diucapkannya ketika membaca bacaan ibadah.

Model Ibadah

Melalui ibadah, entah dengan kata-kata atau perbuatan, manusia menunaikan hal-hal tertentu:
1. Memuji Allah dengan mengucapkan sifat-sifat khusus milik Allah yang mengandung arti kesempurnaan mutlak, seperti Mahatahu, Mahakuasa dan Maha Berkehendak. Kesempurnaan mutlak berarti bahwa ilmu, kuasa dan kehendak-Nya tidak dibatasi atau tidak bergantung pada yang lain. Arti kesempuraaan ini merupakan implikasi wajar dari independensi Allah seutuh-utuhnya.
2. Menyucikan Allah, yakni menyatakan bahwa Dia tidak memiliki kekurangan dan kelemahan seperti: mati, terbatas, tidak tahu, tak berdaya, pelit, kejam, dan seterusnya.
3. Bersyukur kepada Allah, yakni memandang-Nya sebagai sumber sesungguhnya dari segala yang baik serta segala karunia dan rahmat. Bersyukur berarti percaya bahwa segala rahmat dan karunia hanya diperoleh dari Allah, dan bahwa yang apa pun selain Allah hanyalah perantara yang ditentukan oleh-Nya.
Tunduk dan Patuh kepada Allah, sepenuh-penuhnya. Yakni mengakui bahwa kepatuhan tanpa syarat wajib diberikan kepada Allah. Kewajiban ini adalah konsekuensi langsung dari pengakuan terhadap Allah sebagai Penguasa Mutlak atas segenap realitas dan Dzat yang berhak mengeluarkan perintah, dan dari kesadaran diri kita sebagai sebagai hamba Allah. Ketaatan kita itu hanya kepada Allah dikukuhkan oleh keimanan kita akan ketiadaan sekutu bagi Allah. Hanya Dia Yang Mutlak Sempurna, Yang tidak memiliki apa pun kekurangan. Dialah sumber sejati segala karunia, dan hanya Dia yang patut disyukuri atas semua itu. Hanya Dia yang patut dipatuhi sepenuhnya dan ditaati tanpa syarat. Setiap kepatuhan kepada selain Allah seperti: kepada Nabi SAW, para Imam, penguasa Muslim yang sah, orang tua dan guru, pada prinsipnya haruslah sebagai kepanjangan dari kepatuhan kepada-Nya, dan dalam rangka mendapatkan ridha-Nya. Itulah reaksi yang tepat yang harus ditunjukkan seorang manusia kepada Allah. Reaksi seperti ini dapat dilakukan hanya kepada Allah SWT.
[islammuhammadi/mt] Dari: Muqadimeh-i bar Jahanbini-e Islami: 1373 HS.—Rm. Murtadha Muthahari
0 komentar

TatTATKALA KAPITALISME MENGANGKANGI PENDIDIKAN
(Kritik Terhadap Pendidikan Berbasis Dunia Kerja)
Nanang Wijaya, S.Sos
A. WAJAH AWAL PENDIDIKAN (Sebuah Pendahuluan)
Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai proses pendewasaan sosial manusia menuju pada tataran ideal. Makna yang terkandung di dalamnya menyangkut tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi atau sumber daya insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (Insan kamil). Benjamin Bloom mengatakan ada tiga fungsi pendidikan yang kemudian disebutnya sebagai taksonomi pendidikan yaitu (1) fungsi afektif ; untuk membentuk watak, sikap dan moralitas yang luhur (affective domain) (2). Fungsi kognitif ; Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (cognitive domain) (3). Fungsi Psikomotorik ; untuk melatih keterampilan (psychomotorik domain). Dan ketiga aspek merupakan tolak ukur keberhasilan pendidikan pada anak didik. Merupakan ketimpangan pendidikan jika hanya satu yang menonjol dari ketiga fungsi pada anak didik.
Memaknai 3 fungsi diatas maka sesungguhnya pendidikan berbicara mengenai penanaman kecakapan hidup (life skill) yang didalamnya terdapat kecakapan akademik kognitif, kecakapan afektif (emosional, sosial dan spritual) serta kecakapan psikomotorik, meminjam rumusan UNESCO – pendidikan meliputi ; (1) kecakapan untuk berpikir dan mengetahui (learning how to think). (2) kecakapan untuk bertindak (learning how to do). (3). kecakapan (individual) untuk hidup (learning how to be). (4). kecakapan untuk belajar (learning how to learn) dan (5) kecakapan untuk hidup bersama (learning how to life together). Kecakapan-kecakapan itulah yang kemudian dipergunakan untuk menjalankan hidup secara layak dan manusiawi. Secara sederhana sesungguhnya tujuan utama pendidikan adalah memanusiakan manusia (mengerti atas dirinya, lingkungan dan tujuan hidupnya) bukan pendidikan untuk mencari pekerjaan.
Poulo Freire mengatakan bahwa pendidakan haruslah berorientasi pada pengenalan terhadap realitas dunia dan diri manusia itu sendiri. Seorang manusia yang tidak mengenal realitas dunia dan dirinya sendiri, tidak akan sanggup mengenali apa yang ia butuhkan, apa yang akan dia lakukan dan apa yang ingin dia capai. Pendidikan haruslah menjadi proses pemerdekaan, pembebasan dan kekuatan penggugah (subversive force) untuk melakukan perubahan dan pembaharuan. Maka diharapakan output dari pendidkan adalah manusia-manusia yang memiliki kesadaran kritis atas konstalasi social dimana dia hidup dan mampu melakukan perubahan atas situasi social yang cenderung merugikan. Output pendidikan adalah sosok pembaharu, pengubah, pemimpin, teladan dan kreatif.
Untuk mencapai hal tersebut maka pendidikan haruslah diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Alih-alih mendapatkan sosok out put pendidikan yang ideal, ternyata tiap hari kita disuguhkan dengan berita-berita tentang prilaku-prilaku anak bangsa yang mengaku berpendidikan yang sangat tidak bermoral. Korupsi, narkoba, pembunuhan, penculikan, tawuran massa dan prilaku kriminal lainnya seolah-olah telah menjadi wajah bangsa ini. Justru yang kita lihat sehari-hari adalah sosok kriminal, pecundang dengan mental yang sangat rendah. Maka patutlah kita bertanya : ADA APA DENGAN PENDIDIKAN NEGERI INI ?
B. PERUBAHAN PARADIGMA MASYARAKAT ATAS PENDIDIKAN
Kapitalisme dan materialisme adalah anak kandung dari moderinisasi, sehingga ketika modernisasi menjamah seluruh lapisan masyarakat. Maka mau tidak mau, kapitalisme dan materialisme juga ikut mempengaruhi pola pikir masyarakat. Akibat perubahan pola pikir ini terjadi perubahan yang sangat radikal atas cara pandang masyarakat terhadap pendidikan saat ini. Cita-cita luhur pendidikan yang begitu luhur saat ini telah terabaikan oleh masyarakat. Keinginan untuk melahirkan pribadi-pribadi yang memiliki kecerdasan emosional/spritual, kecerdasan intelektual serta memiliki keterampilan tereduksi sedemikian rendanya. Pendidikan pada akhirnya dilihat oleh masyarakat dari cara pandang materialisme dan kapitalisme.
Indikator yang dapat terbaca pada masyarakat adalah motivasi masyarakat untuk mengikuti pendidikan. Motivasi tersebut tereduksi pada motif untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan orientasi penghasilan, bukan lagi berorientasi pengetahuan, kecerdasan dan kesadaran. Saat ini orang masuk sekolah karena ingin dapat pekerjaan yang menghasilkan.
PENGETAHUAN
PESERTA DIDIK —- SEKOLAH —- KECERDASAN —–PERUBAHAN SOSIAL
KESADARAN
PESERTA DIDIK ————–SEKOLAH ————-IJAZAH ———-PEKERJAAN
Akibatnya sekolah adalah tempat untuk mendapatkan ijazah, karena ijazah adalah syarat utama untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini berimplikasi pada sikap dan prilaku baik masyarakat maupun peserta didik yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan ijazah. Tradisi menyontek, plagiat, menyuap, membayar ijazah, membayar skripsi, dll lahir dari paradigma materialisme ini.
AWALNYA SEKOLAH ADALAH TEMPAT MENUNTUT ILMU
SEKARANG SEKOLAH ADALAH TEMPAT MENDAPAT IJAZAH
Cara pandang ini juga berpengaruh pada pemilihan masyarakat terhadap jurusan-jurusan (program) studi yang diminati atau yang dipilih. Program studi yang dianggap berhubungan dengan dunia industrilah yang banyak dipilih, seperti tekhnik, kedokteran, komputer, dll. Sementara program-program studi ilmu humainora menjadi jarang untuk dipilih. Untuk tingkat SMU, jurusan IPA menjadi kebanggan seolah-olah menrupakan jaminan masa depan.
Sehingga saat ini kita akan kesulitan untuk menemukan output pendidikan yang benar-banar memiliki kesadaran atas arti pentingnya pengetahuan yang memiliki kesadaran kritis atas realitas, yang memiliki kepekaan humanity dan rasa solidaritas yang tinggi. Yang ada adalah uotput yang memiliki sikap individual yang tinggi, tidak matang dalam pengetahuan dan tidak memahami makna hidup. Dan sekarang output seperti inilah yang banyak mengelolah negara ini.
C. HEGEMONI KAPITALISME ATAS PENDIDIKAN
Mengikuti teori Francis Fukuyama yang memprolamirkan kemerdekaan kapitalisme atas didologi apapun, maka kenyataannya kapitalisme telah menghegemoni dunia pendidikan kita. Hal ini dapat dilihat dari proses industrialisasi pendidikan kita. Proses industrialisasi pendidikan dapat dilihat/dipahami dalam dua pengertian, yaitu ; (1). Pendidikan yang dijadikan layaknya industri yang menghasilkan uang dan keuntungan yang berlipat-lipat. (2). Sistem pendidikan yang diformat sedemikan rupa (oleh skenario kapitalisme) untuk menyiapkan peserta didik agar mampu beradaptasi dengan dunia industri-kapitalis.
Peter McLaren mengatakan, dalam dunia kapitalisme, sekolah adalah bagian dari industri, sebab sekolah adalah penyedia tenaga kerja/buruh bagi industri. Ada tiga pengaruh kapitalisme terhadap sekolah, yaitu (1). Hubungan antara kapitalisme dan pendidikan telah mengakibatkan praktek-praktek sekolah yang cenderung mengarah kepada kontrol ekonomi oleh kaum elit. (2). Hubungan anatar kapitalisme dan ilmu telah menjadikan tujuan ilmu pengetahuan sebatas mengejar keuntungan. (3). Perkawinan antara kapitalisme dengan pendidikan serta kapitalisme dan ilmu telah menciptakan pondasi bagi ilmu pendidikan yang menekankan nilai-nilai material dengan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan martabat manusia. Pada akhirnya peserta didik dalam dunia pendidikan kita kehilangan senstifitas kemanusiaan digantikan dengan kalkulasi kehidupan materialisme.
Sekolah-sekolah terkooptasi oleh mekanisme industri dan bisnis, dimana sekolah menjadi instrumen produksi ekonomi. Mau tidak mua, kurikulum pendidikan juga ikut terpengaruh, misalnya dalam hal menentukan ilmu pengetahuan mana saja yang perlu dipelajari oleh peserta didik, yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri. Maka terciptalan kurikulum yang sepenuhnya berwatk kapitalistik. Indikator yang dapat kita lihat adalah sedikitnya jam pelajar untuk ilmu-ilmu humaniora dan moral dibandingkan dengan pelajaran lainnya.
AWALNYA : SEKOLAH —————- MANUSIA SEUTUHNYA
SEKARANG : SEKOLAH —————- TENAGA KERJA UNTUK INDUSTRI
Pada filosofi seperti inilah lahir PENDIDIKAN BERBASIS DUNIA KERJA.
Pertanyaannya adalah apakah kita harus menolak Pendidikan berbasis dunia kerja ???
Sementara realitas telah menuntut kita untuk seperti itu, ketika kita menolak bukankah realitas akan meninggalkan kita. Pertanyaan ini dijawab oleh tiga paradigma pendidikan dengan jawaban yang berbeda.
D. TIGA PARADIGMA PENDIDIKAN
1. Paradigma Konservatif, akan menerima keadaan apa adanya dan menyesuaikan diri dengan tuntutan realitas tanpa mempertanyakan apapun. Dan mayoritas masyarakat
2. Paradigma Liberal/Demorkat, akan mengubah beberapa tuntutan realitas dan sedikit menyesuaikan diri.
3. Paradigma Kritis, dengan cara mengubah realitas yang dianggap menindas dan merugikan dan tidak sesuai dengan filosofi pendidikan. Pendekatan ini bertujuan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar (revolusioner) dimasyarakat, dengan melakukan penentangan terhadap ketidakadilan, ketimpangan dan sistem yang menindas, melalui proses penyadaran kritis yang mencerahkan dan membebaskan.
E. CARUT MARUT PENDIDIKAN NASIONAL
Terlepas perdebatan atas pendidikan berbasis dunia kerja. Kita tidak boleh melupakan kondisi-kondisi lain dari pendidikan kita.
1. Anggaran pendidikan yang belum memenuhi kewajiban kenstitusinya. Bangsa ini ternyata belmu memeliki kesadaran atas pentingnya pendidikan, sehingga lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan yang lain dibandingkan dunia pendidikan. Celakanya lagi, bahwa anggaran pendidikan (yang sedikit itu) di korup di sana-sini. Sehingga Departemen Pendidikan Nasional tergolong instansi terkorup oleh BPK
2. Kesejahteraan Guru (Pendidik) yang masih jauh dari harapan. Dimana penghasilan setiap pendidik masih jauh dari pemenuhan kebutuhan kehidupannya. Akibatnya, konsentrasi dan kesiapan dalam proses belajar mengajar terganggu dan tidak matang. Guru memang bukanlah profesi yang menjanjikan secara materi kecuali sekedar gelar ”pahlawan tanpa tanda jasa”. Tingkat kesejahteraan yang rindah inilah memaksa para guru untuk mencari penghasilan diluar penghasilan sebagai guru untuk menutupi kekurangan kebutuhannya, yang akhirnya akan menggangu proses belajar-mengajar di sekolah.
3. Fasilitas pendidikan sangat minim dan sangat diskriminatif, dimana terdapat perbedaan yang sangat mencolok kepemilikan fasilitas pendidikan dibeberapa sekolah, akibatnya output yangdihasilkan pun sangat terpengaruh. Sehingga kita masih banyak temukan gedung-gedung sekolah yang hampir ambruk, gedung sekolah yang masih berdinding papan atau berlantai tanah, sekolah yang tidak memiliki perpustakaan (kalau pun ada, isinya adalah buku-buku lama). Sekolah yang tidak memiliki laboratorium
F. PENUTUP
Bangsa ini akan maju jika pengelolaan pendidikannya dikelolah secar benar. Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki bangsa ini begitu banyak. Dan semuanya menunggu dari pengelolaan pendidikan yang tepat. Sehingga SDA dan SDM tersebut dapat mensejahterakan masyarakat bangsa ini. Termasuk Daerah Sulawesi Tengah sebenranya memiliki SDA dan SDM yang cukup banyak dan beragam.
Dibutuhkan model pendidikan revolusioner (Peter McLaren & Paula Allman) dengan paradigma kritis yakni pola pendidikan yang menekankan pengembangan danpenguatan kesadaran peserta didik atas realitas sehingga mereka dapat menempatkan diri sebagai subyek dalam realitas tidak sekedar obyek. Apalagi hanya sekedar tenaga kerja. Sebab yang dibutuhkan sekarang adalah jiwa kepemimpinan.
(Disampaikan dalam Seminar Pendidikan dan Dunia Kerja
Selasa, 17 Januari 2012 0 komentar

Kisah teladan perjalanan hidup


Ketika Derita Mengabadikan Cinta
Kini tibalah saatnya kita semua mendengar nasihat pernikahan untuk kedua mempelai
yang akan disampaikan oleh yang terhormat prof.Dr.Mamduh Hassan Al Gonzouri.
Beliau adalah ketua Ikatan Doktor Cairo dan direktor Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang
pakar saraf terkemuka di Timur Tengah, yang tidak lain adalah juga pensyarah bagi
kedua mempelai. Kepada Professor Mamduh dipersilakan”.
Suara pengerusi majlis walimatul urs’ itu bergema di seluruh ruangan majlis
pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi Sungai Nil, Cairo.
Seluruh hadirin menanti dengan penuh penasaran, apa kiranya yang akan
disampaikan pakar saraf kelulusan London itu. Hati mereka menanti-nanti, mungkin
akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesihatan saraf dari
professor yang murah dengan senyuman dan sering muncul di televisyen itu.
Sejurus kemudian, seorang lelaki separuh baya berambut putih melangkah
menuju pentas. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan
kewibawaan. Kepalanya yang sedikit botak meyakinkan bahawa ia memang ilmuwan
berjaya. Sorot matanya tajam dan kuat, mengisyaratkan peribadi yang tegas. Sebaik
sampai di pentas, kamera video dan lampu sorot terus menyunting ke arahnya. Sesaat
sebelum berbicara, seperti biasa, ia sentuh bingkai kacamatanya,lalu…
Bismillah. Alhamdulillah. Wash shalatu was salamu’ala Rasulillah. Amma ba’du.
Sebelumnya saya mohon maaf, saya tidak boleh memberikan nasihat lazimnya para
ulama, para mubaligh, atau para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini
perkenankan saya bercerita.
Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan khayalan belaka dan bukan
cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tidak ternilai harganya, yang
telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya, mempelai
berdua dan seluruh hadirin yang dimuliakan Allah boleh mengambil hikmah dan
pelajaran yang dikandungnya. Ambillah mutiaranya dan buanglah lumpurnya. Saya
berharap kisah nyata saya ini dapat melunakkan hati-hati yang keras, melukiskan
nuansa-nuansa cinta dan kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap
hati yang menangkapnya.
Hadirin yang terhormat,
Tiga puluh lima tahun yang lalu. Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah
keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayah saya seorang perwira berpangkat
tinggi, keturunan “Pasha” yang sangat terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah
terhormatnya, seorang lady dari keluarga bangsawan terkemuka di Ma’adi, ia
berpendidikan tinggi, pakar ekonomi lulusan Sorbonne yang memegang jawatan
penting dan sangat dihormati kalangan elit politik negeri ini. Saya anak sulung, adik
saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam suasana kebangsawanan dengan
aturan hidup tersendiri. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang
dan norma kebangsawanan. Keluarga besar kami hanya mengenal pergaulan
dengan kalangan bangsawan atau kalangan high class sepadan!
Entah mengapa, saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya
merasa terkongkong dan terbelenggu oleh golongan sosial yang didewa-dewakan
keluarga. Saya tidak merasakan hidup sebenar yang saya cari. Saya lebih merasa
hidup justeru saat bergaul dengan teman-teman dan kalangan bawahan yang
menghadapi kehidupan dengan penuh tentangan dan perjuangan. Hal ini ternyata
membuat keluarga saya gusar, mereka menganggap saya ceroboh dan tidak boleh
menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang-orang yang selalu
basah keringat dalam mencari pengalas perut dianggap memalukan keluarga.
Namun saya tidak ambil peduli.
Kerana ayah memperoleh warisan yang sangat besar dari datuk, dan ibu
mampu mengembangkannya berlipat kali ganda, maka kami hidup mewah dengan
selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa bercuti ke luar negeri, ke Paris, Rom,
Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika bercuti di dalam negeri, ke Alexandria
misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di
dalam Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.
Sebaik masuk fakulti kedoktoran, saya dibelikan kereta mewah. Berkali-kali saya
minta pada ayah untuk menggantikannya dengan kereta biasa sahaja, agar lebih
senang bergaul dengan teman-teman dan para pensyarah. Tapi beliau menolak
mentah-mentah.
“Justeru dengan kereta mewah itu kamu akan dihormati siapa sahaja”.Tegas
ayah. Terpaksa saya pakai kereta itu meskipun dalam hati saya membantah pendapat
materialistik ayah. Dan agar lebih selesa di hati, saya meletakkan kereta itu jauh dari
tempat kuliah.
Di kuliah saya jatuh cinta pada teman sekuliah. Seorang gadis yang penuh
pesona zahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan
akhlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya
tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan kecerdasannya
sangat menakjubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi, sama seperti saya.
Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga menyintai saya. Saya merasa telah
menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini
dalam ikatan suci yang diredhai Allah, iaitu ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua
lulus dengan nilai tertinggi di fakulti. Maka datanglah saatnya untuk mewujudkan
impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di
jalan yang lurus. Saya buka keinginan untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati
pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu dan saudara mara saya
semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya
memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus.
Selepas kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Sebaik saja
saya beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan terus membanting
gelas yang ada berdekatannya. Bahkan beliau mengancam: “Pernikahan ini tidak
boleh terjadi selamanya!” Beliau menegaskan bahawa selama beliau masih hidup
rancangan pernikahan dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh
otak saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang
tak terkira.
Hadirin semua, adakah Anda tahu apa sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku
sedemikian kejam? Sebabnya, kerana ayah calon isteri saya itu adalah tukang
cukur…..tukang cukur, ya sekali lagi…tukang cukur! Saya katakan dengan bangga.
Kerana meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati. Seorang pekerja keras yang
telah menunaikan kewajipannya pada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi
yang tak banyak dilakukan para bangsawan “Pasha”. Melalui tangannya ia lahirkan
tiga orang doktor, seorang jurutera dan seorang leftenan, meskipun dia sama sekali
tidak pernah mengecap bangku pendidikan.
Ibu, saudara dan seluruh keluarga berpihak pada ayah. Saya sendiri berdiri,
tiada yang membela. Pada saat yang sama adik lelaki saya membawa pasangannya
yang telah hamil dua bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah, ibu terus merestui dan
menyiapkan biaya majlis pernikahannya sebanyak lima ratus ribu pound. Saya protes
kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini? Kenapa saya yang ingin
bercinta di jalan yang lurus tidak direstui sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah
berzina , bertukar ganti pasangan dan akhirnya menghamilkan pasangannya yang
entah keberapa di luar aqad nikah, malah direstui dan diberi biaya maha besar?
Dengan senang ayah menjawab: “Kerana kamu memilih pasangan hidup dari
golongan yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan teman
wanita adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat
keluarga besar Al Gonzouri”.
Hadirin semua, semakin perit luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah saya
tentu sudah tentu saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat mahu
datang, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang jelas berzina
justeru terus dibiayai. Dan dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk
membela cinta dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahawa cara
dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain
menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini
kebenarannya. Itu saja. Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui
ayahnya. Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi,
dengan harapan beliau berlaku bijak merestui rancangan saya. Namun la haula wala
quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui penolakan
keluarga saya. Beliau pun menolak mentah-mentah untuk mengahwinkan puterinya
dengan saya. Bahkan juga bersumpah tidak akan merestui hal itu selamanya, demi
kehormatan keluarganya. Dia tidak rela keluarganya menjadi bahan ejekan dan
hinaan kalangan “Pasha”. Namun puterinya berkeras ingin menikah dengan saya dan
tidak akan menikah kecuali dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan
reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad
bernikah dengan saya.
Kami berdua bingung, jiwa kami terseksa. Keluarga saya menolak pernikahan ini
terjadi kerana alasan status sosial, sedangkan keluarga dia menolak kerana alasan
membela kehormatan. Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap
dan bertanya kenapa orang–orang itu tidak memiliki kesejukan cinta?
Setelah berfikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan
ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke pejabat ma’adzun syari (petugas
pencatat nikah) disertai tiga orang sahabat karibku. Kami berikan identiti kami dan
kami minta ma’adzun untuk melaksanakan akad nikah kami secara syar’i mengikut
madzhab Imam Hanafi. Ketika ma’adzun menutun saya: “Mamduh, ucapkanlah
kalimat ini: Saya terima nikah kamu sesuai dengan sunnatullah wa rasulihi dan dengan
mahar yang kita sepakati bersama serta dengan memakai madzhab Imam Abu
Hanifah Radiyallahu ‘anhu”. Seketika itu bercucuranlah air mata saya, airmata dia
dan airmata ketiga sahabat saya yang tahu secara detail perjalanan menuju aqad
nikah itu. Kami keluar dari pejabat itu dengan rasmi sebagai suami-isteri yang sah di
mata Allah Subhanahu wa Ta’ala dan manusia. Kami punya bukti sah sebagai suami
isteri yang diakui negara dan diakui syariat. Kami telah bertekad siap mengahadapi
kemungkinan hidup ini murni dengan kekuatan kami, tanpa sandaran dan dukungan
siapa pun kecuali pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya bisikkan dalam
telinga isteri saya agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini
belum berakhir.
Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, aqad nikah kami
membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Sebaik saja
mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayahku dari rumah. Kereta dan segala
kemudahan yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa.
Kecuali beg lusuh berisi beberapa pasang pakaian dan duit sebanyak tujuh pound
saja, hanya empat pound! Itulah sisa duit yang saya miliki selesai membayar duit aqad
nikah di pejabat ma’adzun. Begitu pula dengan isteriku, ia turut diusir oleh
keluarganya. Lebih tragis ia hanya membawa beg kecil berisi pakaian dan wang
sebanyak dua pound, tidak lebih. Total, kami hanya pegang enam pound atau dua
dolar. Ah, apa yang boleh kami lakukan dengan enam pound. Kami berdua bertemu
di jalanan umpama gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada puncak
musim dingin. Kami menggigil. Rasa cemas, takut, sedih, dan sengsara bercampur
aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan penuh
cinta dan jiwa menyatu dalam dakapan kasih sayang, rasa berdaya dan hidup
menjalari sukma kami.
“Habibi, maafkan Kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini
Maafkan kanda!.
“Tidak Kanda tidak salah, langkah yang Kanda tempuh benar. Kita telah berfikir
benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak boleh menghargai
kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berfikir anak kecil. Suatu ketika mereka akan
tahu bahawa kita benar dan tindakan mereka salah. Saya tidak menyesal dengan
langkah yang kita tempuh ini, percayalah, insya Allah, saya akan sentiasa
mendampingi Kanda, selama Kanda setia membawa dinda di jalan yang lurus. Kita
akan buktikan pada mereka bahawa kita boleh hidup dan berjaya dengan keyakinan
cinta kita. Suatu ketika saat kita gapai kejayaan itu, kita hulurkan tangan kita dan kita
berikan senyuman kita pada mereka dan mereka akan menangis haru. Airmata
mereka akan mengalir deras seperti derasnya airmata derita kita saat ini.” Jawab isteri
saya dengan terisak dalam pelukan. Kata-katanya memberikan pengaruh yang luar
biasa dalam diri saya. Lahirlah rasa optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu
sirna seketika. Apalagi teringat bahawa satu bulan lagi kami akan dilantik menjadi
doktor. Dan sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima
penghargaan dan wang sebanyak 40 pound.
Malam semakin larut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di kaki
lima kedai berdua sebagai orang melarat yang tidak punya apa-apa. Dalam
kebekuan otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin kami tidur di
kaki lima kedai itu. Jalan keluar itu pun datang jua. Dengan sisa wang pound itu kami
boleh meminjam telefon di sebuah kedai dua puluh empat jam. Saya Berjaya
menghubungi seorang teman yang boleh memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia
bahkan menghantarkan kami dengan keretanya mencarikan lokandat (rumah
penginapan) ala kadarnya yang murah.
Saat kami berteduh dalam bilik sederhana, segeralah kami disedarkan kembali
bahawa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengharunginya
berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan perjuangan
keras kami berdua serta rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kami hidup dalam
lokandat itu beberapa hari, sampai teman kami berjaya menemukan rumah sewa
sederhana di daerah kumuh Syubra Kaimah.
Bagi kaum bangsawan, rumah sewa kami mungkin dipandang sepantasnya
adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah kesayangan
mereka mungkin lebih bagus dari rumah sewa kami. Namun bagi kami, ini adalah
hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu,jika seorang gelandang tanpa rumah
menemukan tempat berteduh, ia bagaikan mendapat hadiah agung dari langit.
Kebetulan yang tuan punya rumah sedang memerlukan wang, sehingga dia
menerima aqad sewa tanpa wang jaminan dan wang perkhidmatan lainnya. Jadi
sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk tiga bulan. Betapa bahagianya kami saat
itu, segera kami pindah ke sana. Lalu kami membeli perkakas rumah untuk pertama
kalinya. Tidak lebih dari sebuah tilam kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu
kecil, dua kerusi dan satu dapur gas sederhana sekali, kipas, dan dua cangkir dari
tanah, itu saja tak lebih.
Dalam hidup yang bersahaja dan belum boleh dikatakan layak itu, kami tetap
merasa bahagia, kerana kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan
melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah
hidup dengan ghairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia merindukan syurga
di akhirat. Kerana di syurga Allah menjanjikan cinta. Ah, saya jadi teringat perkataan
Ibnul Qayyim, bahawa ni’matnya persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami
isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran setitis rasa ni’mat yang disediakan
Allah di syurga. Jika percintaan suami isteri itu ni’mat, maka syurga jauh lebih ni’mat
dari itu semua. Ni’mat cinta di syurga tidak boleh dibayangkan. Yang paling ni’mat
adalah cinta yang diberikan Allah kepada penghuni syurga, saat Allah
memperlihatkan wajahNya. Dan tidak semua penghuni syurga berhak meni’mati
indahnya wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk mencapai ni’mat cinta itu, Allah
menurunkan petunjuknya iaitu Al-Quran dan Sunnah. Yang konsisten mengikuti
petunjuk Allahlah yang berhak memperoleh segala cinta di syurga.
Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus mendekatkan
diri kepadaNya. Isteri saya jadi rajin membaca Al-Quran, lalu memakai tudung, dan
tiada putus solat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi puteri raja yang cantik
mengghairahkan. Di akhir malam ia menjelma menjadi Rabiah Adawiyah yang larut
dalam samudera munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang dia adalah doktor yang
penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan
berperibadian kuat, ia bertekad untuk menempuh hidup berdua tanpa bantuan siapa
pun, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia juga seorang wanita yang pandai
mengurus wang . Wang sebanyak 55 pound yang tersisa setelah membayar rumah
cukup untuk makan dan pengangkutan selama satu bulan. Tetangga-tetangga kami
yang sederhana sangat mencintai kami, dan kami juga mencintai mereka. Mereka
merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua
adalah doktor. Sampai-sampai ada yang kata tanpa disengaja: “Ah, kami ingat para
doktor itu pasti semuanya kaya, ternyata ada juga ya yang melarat sengsara seperti
Mamduh dan isterinya.”
Akrabnya persahabatan kami dengan para tetangga banyak mengurangi
nestapa kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil
layaknya seperti saudara sendiri. Ada yang menawari isteri agar menumpangkan saja
cuciannya pada mesin cuci mereka. Kerana kami memang doktor yang sibuk.
Ada yang membelikan keperluan dapur. Ada yang membantu membersihkan
rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan-pertolongan itu. Kehangatan
tetangga itu seolah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari keluarga
kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil sama sekali untuk mencari dan
mengunjungi kami.
Yang lebih menyakitkan, mereka tidak membiarkan kami hidup tenang. Suatu
malam ketika kami sedang tidur nyenyak,tiba-tiba rumah kami diketuk dengan kasar
dan ditendang oleh empat penjahat kiriman ayah saya. Mereka merosakkan segala
perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya mereka patah-patahkan, begitu juga
kerusi. Katil tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka mengancam
dan memaki dengan kata-kata kasar. Lalu mereka keluar dengan ancaman: “Kalian
tidak akan hidup tenang, kerana berani menentang Tuan Pasha!” Yang mereka
maksudkan dengan “tuan pasha” adalah ayah saya yang saat itu pangkatnya naik
menjadi jeneral.
Keempat-empat banjingan itu pergi. Kami berdua berpelukan, menangis
bersama-sama berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu kami atur kembali
rumah yang hancur. Kami kumpulkan juga kapas-kapas yang berserakan, kami
masukkan dalam tilam dan kami jahit tilam yang koyak-rabak tidak karuan itu. Kami
susun semula buku-buku yang bersepah. Meja dan kerusi yang pecah itu berusaha
kami perbaiki. Lalu kami tidur kepenatan dengan tangan erat bergenggaman, seolaholah
eratnya genggaman inilah sumber rasa aman dan kebahagiaan yang
meringankan tekanan hidup ini. Benar, firasat saya mengatakan ayah tak akan
membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat berita dari seorang teman bahawa
ayah telah merancang scenario keji untuk memenjarakan isteri saya berdua dengan
tuduhan wanita pelacur. Semua orang juga tahu kuatnya pegawai perisik ketenteraan
di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di
bawah telapak kaki mereka. Saya hanya boleh pasrah segalanya kepada Allah
mendengar hal itu.
Dan masya Allah! Ayah memang merancang rancangan itu dan tidak
mengurangkan niat jahatnya itu kecuali setelah seoarang teman karibku berjaya
memperdaya beliau dengan bersumpah akan berjaya memujuk saya agar
menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak menjalankan
skenario itu, sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan saya akan menjadi lebih
keras dan akan berbuat lebih nekad. Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku
setiap minggu sambil meminta beliau bersabar, sampai berjaya meyakinkan saya
untuk menceraikan isteriku. Inilah rancangan temanku itu untuk terus menghulur waktu,
sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya
dapat mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.
Beberapa bulan setelah itu datanglah saatnya masa wajib militer (tentera).
Selama satu tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang sangat saya
takutkan, tidak ada kemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap
bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai. Nyaris
selama satu tahun saya tidak dapat tidur kerana memikirkan keselamatan isteri
tercinta. Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan
hamba-hambaNya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia mendapat
kesempatan bekerja sementara di sebuah klinik kesihatan dekat rumah kami. Jadi
selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah.
Selesai wajib militer, saya terus menumpahkan segenap rasa rindu pada kekasih
hati. Saat itu adalah musim bunga. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap
matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk
segala cintanya. Saya teringat puisi seorang penyair Palestin yang memimpikan hidup
bahagia dengan pendamping setia dan lepas dari belenggu derita.
Sambil menatap ke kaki langit
Kukatakan padanya
Di sana, di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai Subuh tiba
Bukan kerana ketiadaan kata-kata
Tetapi kerana kupu-kupa kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku, besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan kita akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung
***
Yah, saya pun memimpikan yang demikian. Ingin rasanya istirehat dari nestapa
dan derita. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah berkeras untuk
masuk program Magister bersama. Gila! Idea gila! Fikirku saat itu. Bagaimana tidak. Ini
adalah saat yang paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari
pekerjaan sebagai doktor di Negara teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang
tak berperasaan. Tetapi isteri saya malah terfikir untuk meraih Magister. Saya pujuk dia
untuk menghentikan niatnya. Tapi dia tetap berkeras untuk meraih Magister dan
menjawab dengan logik yang tak kuasa saya tolak:
“Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan dan mendapat tawaran dari
fakulti sehingga akan memperolehi keringanan dalam pembiayaan, kita harus
bersabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam
kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita reguk
sumsum penderitaan ini, kita sempurnakan prestasi akademik kita, dan kita wujudkan
mimpi indah kita.”
Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau
ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad membaja isteriku,hatiku pun luruh.
Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya.
Jadilah kami berdua masuk program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup
baru yang lebih menderita. Kemasukan hanya cukup-cukup untuk hidup, sementara
keperluan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktikal, buku dan lain-lain. Nyaris
kami hidup seperti kaum sufi. Makan hanya dengan roti isy dan air. Hari-hari yang kami
lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam-malam kami lalui bersama
dengan perut lapar, teman setia kami adalah air paip. Ya, air paip. Masih terakam
dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama pada suatu malam sampai
didera rasa lapar tak terkira, kami ubati dengan air. Yang terjadi, kami malah muntahmuntah.
Terpaksa wang untuk beli buku kami ambil untuk beli pengisi perut. Siang hari,
jangan tanya, kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu terjelmalah kebiasaan dan
keikhlasan.
Meski sedemikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah
menyesal atau mengeluh sedikit pun. Tidak pernah saya melihat isteri saya mengeluh,
menangis, sedih atau pun marah kerana suatu sebab. Kalaupun dia menangis itu
bukan menyesali nasibnya, tetapi dia lebih merasa kasihan pada saya. Dia kasihan
melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah dengan selera high
class,tiba-tiba harus hidup sengsara seperti pengemis. Dan sebaliknya saya juga
merasa kasihan melihat keadaan dia, dia yang asalnya hidup selesa dan makmur
dengan keluarganya harus hidup menderita di rumah sewa yang buruk dan makan ala
kadarnya. Timbal balik perasaan ini ternyata menciptakan suasana mawaddah yang
luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak mampu lagi melukiskan rasa sayang,
penghormatan dan cinta yang mendalam padanya.
Setiap kali saya mengangkat kepala dari buku, yang nampak di depan saya
adalah wajah isteri yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya
kagum pada bidadari saya itu. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat
pandangannya dari buku, dan menatap saya penuh cinta dan senyumannya yang
khas. Jika sudah demikian, penderitaan ini terlupakan semua. Rasanya kamilah orang
paling berbahagia di dunia. “Allah menyertai orang-orang yang sabar, Sayang!”
bisiknya mesra sambil tersenyum. Lalu kami teruskan belajar dengan semangat
membara.
Allah Maha Penyayang. Usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelaran
Master dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya dua tahun saja. Namun kami belum
keluar dari derita. Setelah meraih Master pun kami masih mengecap hidup susah, tidur
di atas tilam nipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami. Sampai
akhirnya, rahmat Allah datang jua. Setelah usaha keras, kami berjaya
menandatangani kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama
kalinya setelah lima tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan
tenang. Kami hidup di rumah yang mewah. Kami rasakan kembali tidur di atas tilam
empuk. Kami kenal kembali makanan lazat setelah kami tinggal sekian tahun. Dua
tahun setelah itu kami pun dapat membeli villa bertingkat dua di Heliopolis, Cairo.
Sebenarnya saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang sesuai.
Tetapi isteriku memang “gila”. Ia kembali mengeluarkan idea gila, iaitu idea untuk
melanjutkan program doktor spesialis di London, juga dengan alasan logik yang susah
saya tolak:
“Kita doktor yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui dan kita kini
memiliki wang yang cukup untuk mengambil doktor di London. Setelah bertahun-tahun
kita hidup di lorong buruk dan kotor, tak ada salahnya kita raih sekalian tahap
akademik tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit
telah menyediakan dana tambahan.”
Ku cium kening isteriku, bismillah kita ke London. Singkatnya, dengan rahmat
Allah, kami berdua berjaya meraih gelaran doktor dari London. Saya spesialis saraf dan
isteri saya spesialis jantung. Setelah memperoleh gelaran doktor spesialis, kami
menandatangani kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya.
Bahkan saya diangkat sebagai doktor ahli sekaligus direktor rumah sakitnya dan isteri
saya sebagai wakilnya. Kami juga mengajar di Universiti. Kami pun dikurniai seorang
puteri yang cantik dan cerdas. Saya namakan dia dengan nama isteri terkasih,
belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti
mengilhamkan kebajikan-kebajikan.
Lima tahun setelah itu kami kembali ke Cairo setelah sebelumnya menunaikan
ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana seorang raja dan permaisurinya
yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan
kedamaian setelah lebih dari sembilan tahun hidup menderita, melarat dan sengsara.
Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami pada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan bertambahlah rasa cinta kami. Ini cerita nyata yang ingin saya
sampaikan sebagai nasihat hidup.
Jika hadirin sekalian ingin tahu isteri solehah yang saya cintai dan mencurahkan
cintanya dengan tulus tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di
kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru muda yang menunduk di
barisan depan kaum ibu, tepat samping kiri artis berjilbab Huda Sulthan, dialah isteri
saya tercinta yang mengajrkan bahawa penderitaan boleh mengekalkan cinta, dialah
Prof. Shiddiqa binti Abdul Aziz!”
Tepuk tangan bergemuruh mengiri gegak kamera video menyuting sosok
perempuan separuh baya yang nampak anggun dengan jilbab biru tuanya.
Perempuan itu sedang mengusap cucuran airmatanya. Kamera itu juga merakam
mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai dan
segenap hadirin yang menghayati cerita itu dengan saksama.
***************
*Ketika Derita Mengabadikan Cinta merupakan satu daripada 38 cerpen
daripada Buku Di Atas Sajadah Cinta.
Adakah jiwa anda sudah terbangun? Jangan berlengah lagi, biar kawan anda
juga turut merasainya.
Atau lebih baik lagi jika anda beli sendiri untuk mengikuti kisah-kisah teladan
yang lain.Ia boleh didapati di kedai-kedai
dengan harga RM 15.90 sahaja.
Semoga apa yang baik itu dapat kita sebarkan demi agama yang tercinta,
insya Allah.
 
;